[ad_1]
JawaPos.com – Sebagai tulang punggung perekonomian nasional, keberadaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), terutama saat ini, sangat diandalkan bagi pemulihan ekonomi dari krisis akibat pandemi Covid-19. Kementerian koperasi dan UKM mencatat lebih dari 64 juta UMKM saat ini berkontribusi 14 persen terhadap total ekspor nonmigas, 60 persen total investasi, 97 persen total tenaga kerja, dan 61 persen total PDB nasional.
Dalam berbagai kesempatan Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya kemitraan antara perusahaan besar dan UMKM. Bahkan, baru-baru ini, Presiden Jokowi meminta keterlibatan UMKM ditingkatkan dalam rantai pasok industri, terutama otomotif, sehingga mendatangkan nilai tambah ekonomi nasional yang lebih besar.
PT Astra Internasional Tbk melalui melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) mendorong UMKM dalam meningkatkan kualitasnya agar mereka mampu berkembang dan naik kelas. Selama ini, YDBA secara konsisten membina dan mengembangkan UMKM di Indonesia, melalui sejumlah program utama, meliputi pelatihan, pendampingan, fasilitasi pemasaran dengan memfokuskan pada sektor manufaktur, bengkel, kerajinan serta pertanian.
Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk Djony Bunarto Tjondro berharap UKM dan UMKM binaan YDBA yang berada di Tier 1 dan sudah menjadi vendor Astra dapat meningkatkan kualitas mereka. Dengan demikian, lanjutnya, mereka dapat menjadi pemasok komponen atau spare part yang mampu berdaya saing kuat.
“Sedangkan UKM di Tier 2, mereka mampu menyerap berbagai training yang diberikan YDBA, baik mengenai manajemen dan teknik SOP (standard operastional procedure) pembuatan spare part atau alat-alat pertanian sehingga produk mereka dapat diserap oleh (UKM) Tier 1,” jelasnya.
Direktur Astra sekaligus Ketua Pembina YDBA Gita Tiffany Boer menambahkan, selain memberikan pelatihan dan pendampingan serta fasilitasi pemasaran, YDBA juga mendorong UMKM berinovasi mulai dari diversifikasi produk, proses bisnis, hingga pemasaran melalui optimalisasi pasar online.
Seperti diketahui, sejak didirikan pada 1980 hingga Desember 2020, YDBA telah membina 11.695 UMKM. Hingga Desember 2020, YDBA secara tidak langsung turut menciptakan 70.597 lapangan pekerjaan melalui UMKM yang difasilitasinya. Untuk tahun ini, YDBA menargetkan pembinaan terhadap 300 UMKM di Indonesia. Saat ini, terdapat lebih dari 200 UMKM naik kelas menjadi usaha skala besar, baik nasional maupun internasional.
“YDBA memberikan pelatihan pentingnya mentalitas dasar yang diharapkan dapat meningkatkan awareness dan komitmen UMKM untuk menjalankan bisnisnya masing-masing,” jelas Gita.
Agar efektif, YDBA menggandeng pemda setempat untuk memberikan pelatihan. Salah satunya, Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Tegal yang merupakan kolaborasi antara YDBA dan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal. LPB Tegal saat ini membina 22 UKM dengan total omset sebelum pandemi atau 2019 sebesar Rp 3,26 miliar.
Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis Kabupaten Tegal Suyanto menyatakan YDBA memetakan Tegal sebagai salah satu sektor unggulan manufacturing logam yang kemudian dibentuk suatu komunitas. Dengan adanya komunitas tersebut, YDBA mulai secara intensif membina sektor unggulan logam agar memiliki kompetensi.
Dia mengungkapkan di Tegal sendiri terdapat 300 UMKM logam mesin. Dari jumlah tersebut, sebanyak 116 UMKM berada di bawah pembinaan LPB, namun yang aktif sebanyak 91 UMKM dengan menyerap 854 tenaga kerja.
Suyanto menambahkan vendor yang pertama kali masuk ke Astra adalah PT Dharmapoli Metal yang memasok komponen roda dua ke Astra Honda Motor (AHM). Kemudian pada 2017-2018, LPB mengajukan 20 UKM ke PT Berdikari yang menjadi Tier I pemasok spare part untuk sepeda motor AHM. Dari 20 yang dibawa tersebut, hanya lolos 3 UKM saja.
Salah satu UKM yang kini masuk dalam rantai pasok di Astra adalah PT FNF Metalindo Utama. Direktur sekaligus pemilik FNF Metalindo Utama, Faizal Amri Elfas mengungkapkan usahanya sempat mendapatkan tawaran dari PT Dharmapoli Metal pada 2013 untuk menjadi pemasok komponen sepeda roda dua ke AHM.
“Dari YDBA menyatakan siap mendampingi. Jadi ada pelatihan kayak legal perusahaan kayak apa hingga menjadi PT. Kemudian didampingi menciptakan sistem 5R (Resik, Rapi, Ringkas, Rajin, dan Rawat). Kita juga dibikinkan sistem kerja modern, karena dulu seperti bagian quality control, operator, sekaligus keputusan mengirimkan barang adalah saya. Jadi campur aduk,” ungkap Faizal.
Setelah dilakukan audit terhadap pengembangan manajemen dan proses produksi, akhirnya, pada 2015, FNF Metalindo masuk ke dalam rantai pasok di AHM. FNF kini memasok 70-80 item komponen untuk sepeda motor.
Baca Juga: Gugatan Eric yang Tabungannya Ludes Setelah Ganti Nomor HP Ditolak
UKM logam mesin lain di Tegal yang berhasil masuk dalam rantai pasok Astra adalah PT Bimuda Karya Teknik sejak 2018. Direktur sekaligus pemilik PT Bimuda Karya Teknik, Tri Sukamto mengungkapkan pihaknya saat ini memasok 70 item komponen otomotif, baik roda dua maupun mobil.
“Dengan adanya pelatihan YDBA, baik owner dan karyawan, IKM sangat terbantu dalam mengembangkan bisnis. Dengan demikian, kita tinggal jalan saja karena workshop-nya sesuai dengan keinginan costumer,” jelasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!