[ad_1]
Sekarang ini banyak orang melakukan kegiatan multitasking, bahkan sudah menjadi bagian dari hidup yang sulit ditinggalkan. Padahal kebiasaan yang satu ini bisa dibilang berbahaya bagi kesehatan, lho.
Menurut beberapa penelitian terbaru, multitasking sebenarnya mempunyai konsekuensi kesehatan yang tidak boleh diremehkan. Untuk lebih memahami, bagaimana jahatnya multitasking bagi kesehatanmu, yuk simak penjelasannya di bawah ini.
1. Multitasking selalu dihubungkan dengan kerusakan otak
Sebuah studi yang diterbitkan oleh PLOS One tahun 2014 menemukan, bahwa terlalu lama menikmati kegiatan multitasking membuat otak mengalami penurunan terlebih bagian otak di bidang yang berhubungan dengan emosi dan kontrol kognitif.
Oleh karena itu, cobalah melakukan kegiatan satu demi satu hingga otak tetap fokus dan tidak mudah kehilangan konsentrasi.
2. Multitasking bisa meningkatkan resiko stres kronis
Ketika orang melakukan multitasking, konsentrasi jadi terpecah dan ini justru membuat tingkat stres meningkat secara tajam. Dalam jurnal ilmiah bertajuk The Cost of Interrupted Work: More Speed and Stress dijelaskan, bahwa semakin banyak mahasiswa yang melakukan tugas yang bertumpuk, maka kecepatan dalam bekerja menjadi semakin lebih cepat.
Namun sayangnya, hal ini justru berbanding terbalik dengan beban pekerjaan. Menurut studi, beban pekerjaan menjadi semakin tinggi ketika seseorang melakukan multitasking terus menerus. Belum lagi tingkat stres dan frustasi yang meninggi.
3. Multitasking menyebabkan masalah gangguan ingatan
Studi yang tertuang dalam jurnal ilmiah Psychonomic Bulletin and Review tahun 2016 menjelaskan, jika pelaku multitasking kronis memperlihatkan adanya kemunduran dalam memori kerja atau kemampuan untuk menyimpan informasi yang berhubungan dengan tugas dan memori jangka panjang, yakni kemampuan dalam menyimpan dan mengingat informasi dalam periode waktu yang lebih lama.
Hal tersebut bisa terjadi, karena otak dibuat bekerja terlalu keras sehingga ia tidak sempat menyimpan memori ketika melakukan multitasking. Alhasil, otak pun tidak mampu mengingat hal-hal yang perlu disimpan dalam memori.
4. Multitasking meningkatkan kecemasan sosial dan depresi
Meskipun tidak ada hubungan langsung antara multitasking dengan kecemasan sosial dan depresi, namun nyatanya bisa saling berkaitan. Multitasking menjadi salah satu instrumen yang membuat kita mengalami depresi dan kecemasan sosial.
Dari 318 orang yang diteliti, para peneliti menemukan adanya peningkatan depresi dan gejala kecemasan sosial setelah melakukan multitasking. Bisa jadi karena kegiatan ini membuat suasana hati dan kecemasan meningkat. Alhasil, depresi pun cenderung meningkat pula.
5. Multitasking justru menghambat produktivitas dan efisiensi
Siapa yang mengira jika multitasking bisa meningkatkan produktivitas? Kenyatannya justru sebaliknya, lho. Jika merujuk pada studi yang tertuang dalam European Research Studies Journal tahun 2019. Dengan subyek penelitian sebanyak 46 mahasiswa di Cracow University of Economics, eneliti mendapatkan hasil bahwa multitasking memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas dan menurunkan nilai kreativitas.
Itulah efek negatif dari multitasking. Ada baiknya melakukan tugas secara single-tasking dengan cara ini. Kamu akan lebih fokus untuk mengerjakannya dan kemungkinan salah pun makin kecil.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs idntimes.com, klik link disini!