7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?

oleh
oleh
Joseph Stalin

[ad_1]

Pada tahun 1924, Joseph Stalin mengambil alih kendali Uni Soviet setelah Vladimir Lenin meninggal karena stroke. Stalin pun menjabat sebagai Sekjen Partai Komunis Uni Soviet dari tahun 1922 sampai kematiannya pada 5 Maret 1953. Sampai saat ini, ada banyak spekulasi yang menyelimuti kematian Stalin yang mendadak di usia 74 tahun.

Artikel ini akan membahas beberapa fakta tentang kematiannya. Tanpa harus menunggu lebih lama lagi, berikut 7 fakta di balik kematian Joseph Stalin.

1. Kesehatan Stalin sempat menurun sebelum kematiannya

7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?

Beberapa tahun sebelum kematiannya, Stalin menjadi semakin paranoid. Dia percaya kalau semua orang di sekitarnya bersekongkol untuk menjatuhkannya. Pada tahun 1952, kondisi kesehatannya semakin menurun. Di salah satu kesempatan, salah satu dokter pribadi Stalin, Vladimir Vinogradov, menyarankan agar ia menanggapi segalanya dengan kepala dingin.

Namun, Stalin tak mau mendengar saran dari dokternya dan malah membuang mereka ke penjara. Peristiwa ini dikenal sebagai “Doctors’ plot,” yang memicu desas-desus yang mengatakan kalau sekelompok dokter berencana untuk membunuh para petinggi Soviet.

Seperti dikutip dari History Today, enam dari sembilan dokter yang dipenjara Stalin adalah orang Yahudi. Tak lama setelahnya, kerusuhan anti-Semitisme pecah di seluruh Uni Soviet. Untungnya, Stalin meninggal beberapa minggu sebelum para dokter itu diadili dan dieksekusi.

2. Penyebab kematiannya

7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?

Dokter pribadi Stalin, Alexander Myasnikov, menulis kondisi kesehatan dan hasil otopsi Stalin di buku hariannya. Namun, buku itu baru bisa diakses oleh publik ketika keluarganya memulihkannya dari arsip negara yang disembunyikan. Hal yang menarik adalah pendapat Myasnikov yang menyebut Stalin menderita penyakit mental.

Myasnikov mengklaim kalau kegilaan Stalin berasal dari aterosklerosis serebral tingkat lanjut, yang menyebabkan pengerasan pembuluh darah di otak dan bisa memicu stroke. Menurut Myasnikov, penyakit otak ini memengaruhi pengambilan keputusan Stalin dan berkontribusi pada paranoia dan peningkatan kekejamannya di akhir hidupnya.

3. Terkapar di ruangannya sendiri

7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?

Pada pagi hari ketika ditemukan, para dokter dan pemimpin Partai Komunis Soviet melihat tubuh Stalin terbaring tak sadarkan diri di lantai. Saat itu, tubuhnya basah kuyup dengan air seninya sendiri. Bau busuk yang meresap ke ruangan menambah kengerian suasana saat itu.

Butuh waktu empat hari setelah Stalin ditemukan tidak sadarkan diri sampai ia menghembuskan napas terakhirnya. Namun alih-alih memanggil dokter, pengawalnya justru menghubungi menteri keamanan negara. Para pemimpin komunis itu baru memanggil dokter yang bisa mereka temui 12 jam setelah melihat tubuh Stalin.

Dalam sebuah ironi, beberapa dokter terbaik Uni Soviet yang sebelumnya merawat Stalin justru sedang mendekam di penjara sehingga tidak bisa mengeceknya. Tak hanya dokter, para sekutu dan orang kepercayaan Stalin juga tidak berani menyentuh tubuhnya.

Dalam wawancara dengan jurnalis Rusia Edvard Radzinsky, Peter Lozgachev, pengawal yang pertama kali melihat jasad Stalin, menceritakan, “Semua dokter sangat ketakutan. Mereka menatap Stalin dengan perasaan terguncang. Mereka harus memeriksanya, tapi tangan mereka gemetar karena ketakutan.”

Ketika diperiksa, tekanan darah Stalin 210/120, lengan dan kaki kanannya lumpuh, dan gigi palsu kesayangannya hampir hancur semua. Menurut kepala dokter gigi Kremlin, Alexei Doinikov, Stalin hanya memiliki tiga gigi asli pada hari ketika dia meninggal.

4. Penggunaan lintah dan enema nutrisi

7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?

Lintah sudah digunakan sejak abad ke-18 dan ke-19 untuk mengurangi tekanan darah pasien. Seperti dikutip dari buku The Last Days of Stalin, para dokter juga menaruh lintah di kepala Stalin untuk menyadarkannya. Tak hanya itu, mereka juga menyuntikkan enema glukosa serta “enema nutrisi” yang berisi krim dan kuning telur ke dalam tubuhnya.

Ketika Stalin tak kunjung sadar dari koma, para dokter menggunakan kompres dingin, pernapasan buatan, dan suntikan adrenalin. Pada saat itu, putra Stalin, Vasily, memprotes perlakuan terhadap ayahnya dengan berteriak, “Kalian bajingan. Kalian membunuh ayahku.”

Putri Stalin, Svetlana Alliluyeva, juga menceritakan saat-saat terakhir ayahnya. “Dia tiba-tiba membuka matanya dan menatap semua orang di ruangan itu,” katanya. “Itu adalah tatapan yang mengerikan, marah atau mungkin geram dan penuh ketakutan akan kematian.”

Ketika Stalin menghembuskan nafas terakhirnya, semua orang yang hadir berlutut dan mencium tangannya, kecuali kepala polisi rahasia Uni Soviet, Lavrenti Beria. Dikatakan kalau Beria telah meludahi jasad Stalin pada saat kematiannya.

5. Tetap “membunuh” rakyat Soviet sampai akhir hayatnya

7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?

Setelah hidup selama puluhan tahun dengan keyakinan yang salah, yakni bahwa Stalin telah melindungi dan merawat rakyat Soviet, warga Soviet langsung menangis setelah mendengar kabar wafatnya Stalin. Puluhan ribu orang bahkan berkumpul di Trubnaya Square untuk menghadiri prosesi pemakamannya.

Dalam putaran nasib yang ironis, Stalin masih membawa teror ke jalan-jalan Uni Soviet setelah kematiannya. Pada hari pemakamannya, orang-orang yang ingin melihat jasadnya harus berdesak-desakkan. Ratusan orang bahkan terinjak-injak di tengah kerumunan itu sampai mati.

Menurut beberapa sumber, diperkirakan kalau 500 orang harus meninggal hanya karena ingin melihat jasad Stalin di Hall of Columns, Moskow.

6. Mumifikasi jasad Stalin

7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?

Ketika Lenin meninggal pada Januari 1924, Stalin menyarankan agar jasadnya dibalsem agar bisa dipamerkan di depan umum meskipun mayoritas pemimpin Soviet menentang gagasan tersebut. Tidak mengherankan kalau Stalin menginginkan prosedur yang sama setelah kematiannya sendiri. Namun, prosesnya tidak semudah itu.

Pada saat Stalin meninggal, Profesor Vorobyev, yang memimpin pembalseman Lenin, juga telah meninggal. Oleh karena itu, tugas yang berat ini diserahkan kepada asisten Profesor Vorobyev, Profesor Zharsky. Sayangnya, pembalseman Stalin tidak direncanakan dengan baik mengingat kematiannya yang sangat mendadak.

Pada akhirnya, butuh waktu tujuh bulan untuk menyelesaikan proses “mumifikasi” Stalin. Tubuhnya ditempatkan di dalam kuburan kaca di samping Lenin, tetapi dipindahkan lagi ketika Nikita Khrushchev menjadi kepala negara Uni Soviet.

Setelah naik ke tampuk pemerintahan Soviet, Khrushchev langsung bertekad untuk memberlakukan kebijakan de-Stalinisasi. Khrushchev percaya kalau diktator kejam itu tidak pantas mendapat tempat di samping Lenin.

Akibatnya, delapan tahun setelah dibalsem dan dimakamkan dalam kuburan kaca, jenazah Stalin dikeluarkan dari mausoleum di Lapangan Merah dan dikubur di dekat Tembok Kremlin. Pada akhirnya, Stalin kehilangan kehormatan dan prestise yang dia yakini sebagai haknya.

Alih-alih beristirahat di samping Lenin, Stalin malah ditempatkan di samping tokoh-tokoh yang lebih rendah dari para pentolan Revolusi Rusia. Secara kebetulan, hari “penggusuran” makam Stalin bertepatan pada hari Halloween 1961.

7. Konspirasi di sekitar kematiannya

7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?

Misteri terus berputar di sekitar kematian Stalin meskipun ada bukti yang telah merinci penyebab kematiannya. Selama bertahun-tahun, para sejarawan terus memperdebatkan kemungkinan kalau pemimpin Soviet itu telah diracun secara bertahap.

Misalnya, pada malam kematian Stalin, dia muntah darah karena mengalami pendarahan saluran pencernaan. Rincian pendarahan perutnya baru dipublikasikan pada 2011 ketika laporan otopsi resmi dirilis. Akibatnya, beberapa spekulasi liar pun bermunculan.

Beberapa menyangka kalau orang-orang di lingkaran dalam Stalin memberinya warfarin, pengencer darah yang tidak berasa dan tidak berwarna. Diyakini kalau Stalin diberikan racun selama makan malam terakhir dengan empat anggota Politbiro-nya, termasuk Nikita Khrushchev dan Lavrenti Beria.

Bahkan, Beria sempat membual tentang pembunuhan Stalin sekitar dua bulan setelah kematiannya. Pada saat itu, ia mengatakan “Aku membunuhnya! Aku menyelamatkan kalian semua.” Dipercaya kalau mereka takut akan perang nuklir dengan Amerika Serikat.

Oleh karena itu, mereka bersekongkol untuk meracuni Stalin selama 5-10 hari secara bertahap agar tidak dicurigai oleh Stalin sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Nah, itu tadi 7 fakta di balik kematian Joseph Stalin. Jadi, bagaimana menurutmu? Setujukah kalian kalau Stalin meninggal karena serangan stroke? Atau, kalian lebih percaya kalau Stalin meninggal karena diracun?

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs idntimes.com, klik link disini!

Tentang Penulis: Redaksi

Pimprus
Website media INFOMURNI merupakan website resmi yang berbadan hukum, Berisikan berbagai informasi untuk publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.