[ad_1]
Pandemik COVID-19 yang telah berlangsung hampir setahun kini bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita. Bahkan, kini penyakit tersebut semakin “mendekat”. Setiap orang pasti memiliki teman, kenalan, keluarga, atau bahkan diri sendiri yang pernah mengidapnya.
Ketika kita tertular penyakit tersebut, salah satu anjuran dari dokter adalah isolasi mandiri, terutama jika gejala yang timbul tergolong ringan. Namun, ada banyak hal yang perlu kamu ketahui mengenai isolasi mandiri serta berbagai hal yang perlu disiapkan untuk menghadapinya.
Untuk membahas hal ini secara lebih lanjut, IDN Times mengadakan Health Talk dengan dr. RA Adaninggar, SpPd, pada Kamis (18/2/2021) melalui live di Instagram. Berikut ini penjelasan dari dokter yang akrab disapa dr. Ninggar tersebut!
1. Bedakan antara isolasi mandiri dan karantina mandiri
Sebelum membahas topik ini lebih lanjut, kamu harus bisa membedakan antara isolasi mandiri dan karantina mandiri. Sebab, keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Karantina mandiri dilakukan oleh orang-orang yang masih tampak sehat. Artinya, mereka telah melakukan kontak dekat dengan orang yang terkonfirmasi positif. Orang-orang ini belum tentu tertular, tetapi sebagai upaya pencegahan, mereka harus karantina agar tidak menulari orang di sekelilingnya.
Sementara itu, dr. Ninggar mengatakan bahwa isolasi mandiri berarti bahwa orang yang menjalaninya sudah terbukti sakit. Ini berlaku untuk mereka yang terkonfirmasi positif COVID-19 atau sudah mengalami gejala tapi masih menunggu hasil tes.
2. Kriteria orang-orang yang bisa isolasi mandiri
Lebih lanjut, tak semua pasien COVID-19 boleh isolasi mandiri. Ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhinya, yaitu:
- Tanpa gejala atau gejala yang dialami ringan (tanpa sesak napas dan saturasi oksigennya masih normal);
- Tidak memiliki penyakit penyerta yang berpotensi menurunkan kondisi.
Tak hanya itu, rumah yang digunakan untuk isolasi mandiri juga harus memenuhi syarat, di antaranya:
- Punya kamar terpisah untuk pasien sehingga ia tak akan melakukan kontak dengan anggota keluarga lain yang sehat;
- Penghuni rumah tidak terlalu banyak dan padat;
- Akan lebih baik jika rumah memiliki kamar mandi lebih dari satu yang bisa digunakan khusus oleh pasien.
Orang-orang yang tidak memenuhi syarat di atas dianjurkan untuk melakukan isolasi di tempat yang telah disediakan pemerintah. Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya klaster keluarga.
3. Pasien yang isolasi mandiri tidak boleh melakukan kontak dekat dengan siapa pun
Ketika seseorang terkonfirmasi positif COVID-19, mereka harus melaporkan diri ke instansi terdekat, yaitu RT atau RW serta Puskesmas. Selain untuk menentukan boleh atau tidaknya isolasi mandiri, hal ini juga diperlukan sebagai upaya monitor kondisi pasien.
Saat diperbolehkan melakukan isolasi mandiri, pasien benar-benar harus menjauhkan diri dari anggota keluarga lain yang masih sehat. Semua aktivitas harus dilakukan di kamar yang terpisah untuk mencegah penularan.
“Prinsip isolasi mandiri itu menjauhkan diri dari keluarga. Di rumah tapi bukan untuk liburan, ya. Gak boleh kontak dengan anak dan anggota keluarga lain yang sehat,” dr. Ninggar mengingatkan.
4. Cara mencegah penularan saat isolasi mandiri
Selain menghindari kontak, pasien isolasi mandiri dan semua anggota keluarga juga harus melakukan upaya untuk mencegah penularan COVID-19. Berikut ini di antaranya:
- Keluarga harus menggunakan masker di rumah, terutama ketika akan melakukan kontak dengan pasien;
- Pasien juga harus mengenakan masker, terutama ketika akan keluar dari kamar;
- Disinfeksi boleh dilakukan, tetapi tak perlu setiap hari karena penularan utama adalah melalui droplet;
- Pasien harus menggunakan alat makan, alat mandi, dan semua peralatan yang terpisah;
- Baik pasien maupun anggota keluarga harus selalu mencuci tangan dengan air dan sabun;
- Setelah memakai kamar mandi, bersihkan semua area dan cuci tangan hingga bersih.
5. Persiapkan hal-hal ini untuk menjalani isolasi mandiri
Selain upaya pencegahan penularan, pasien juga harus mempersiapkan berbagai hal untuk menjalani isolasi mandiri. Apa sajakah itu? Berikut ini di antaranya menurut anjuran dari dr. Ninggar:
- Sebelumnya, pasien disarankan untuk konsultasi ke dokter mengenai kondisi dan gejala yang dialami. Apakah memungkinkan untuk isolasi mandiri atau lebih dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit;
- Sediakan obat-obatan yang bisa meredakan gejala, misalnya obat untuk sakit kepala, demam, batuk, dan lain sebagainya. Penggunaan obat-obatan, terutama antibiotik harus berdasarkan petunjuk dari dokter;
- Sediakan makanan yang sehat untuk memperkuat sistem imun tubuh, seperti sayur dan buah-buahan;
- Konsumsi suplemen diperbolehkan, tetapi tak perlu berlebihan;
- Minuman herbal yang dibuat sendiri dari bahan alami diperbolehkan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, bukan sebagai obat;
- Sebaiknya sediakan alat-alat pengukur tanda vital seperti termometer, pulse oximeter, dan tensimeter untuk memantau kondisi;
- Memantau gejala dengan mencatatkannya di jurnal. Tujuannya adalah untuk memberi gambaran bagi tim medis untuk menentukan tingkat perawatan yang tepat;
- Selalu sedia kontak dokter dan rumah sakit untuk mengantisipasi gejala yang memburuk.
Sebagai tambahan informasi, durasi isolasi mandiri yang disarankan adalah selama 10 hari (bergejala) dan ditambah 3 hari (tanpa gejala). Artinya, kamu harus menjauhkan diri dari orang lain minimal 13 hari. Jika gejala berlangsung selama lebih dari 10 hari, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
6. Cara menguatkan sistem imun selama isolasi mandiri
“COVID-19 ini prinsipnya kalau sistem imun kita kuat, pasti virus bisa dikalahkan. Jadi, saat isolasi mandiri kita harus memperkuat imun. Dengan cukup tidur, gak boleh stres, makan makanan bergizi, suplemen diperbolehkan, dan berjemur,” terang dr. Ninggar.
Selain itu, pasien juga harus terus berpikiran positif selama isolasi mandiri. Yakinkan bahwa dirimu akan sembuh dan bisa bertemu lagi dengan keluarga. Jika mindset yang ditanamkan buruk, kamu akan stres dan kekuatan sistem imun pun menurun. Jadi, sebisa mungkin hindari pikiran negatif.
“Yang harus selalu diingat selama isolasi mandiri adalah kita juga harus melindungi keluarga. Ingat, 20 persen dari pasien COVID-19 ini bergejala berat dan sebagian harus meninggal.
“Kita tidak pernah tahu siapa yang akan mengalaminya. Jadi, isolasi bukan hanya untuk kesembuhan kita, tapi juga untuk mencegah penularan ke orang lain,” imbuhnya.
Terakhir, jika kamu mengalami gejala-gejala yang menyerupai COVID-19, segeralah memeriksakan diri. Sebab, semakin cepat penanganan, semakin cepat pula pemulihan tubuhmu.
Selain itu, selalu terapkan pula protokol kesehatan yang dianjurkan, yaitu mengenakan masker dengan benar, mencuci tangan, serta menghindari kerumunan. Begitu pula dengan menjaga kesehatan. Itulah senjata yang bisa kita gunakan untuk melawan COVID-19.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs idntimes.com, klik link disini!