[ad_1]
JawaPos.com – Antonia Sena tampak lusuh. Celana jins yang dikenakannya juga begitu kumal hingga warna birunya sudah bercampur kecokelatan. Meski begitu, pilot asal Brasil itu tak bisa berhenti tersenyum dan melambaikan tangan ketika turun dari helikopter yang menyelamatkannya. Sena bahagia karena akhirnya selamat. Selama 38 hari, dia terjebak di hutan hujan Amazon.
Pria 36 tahun tersebut menceritakan, dirinya dibayar untuk menerbangkan pesawat Cessna 210 dari Kota Alenquer ke penambangan emas ilegal di tengah hutan. Dia terpaksa mengambil pekerjaan itu karena restoran yang dikelolanya tutup selama pandemi. Nahas, di tengah perjalanan, mesinnya tiba-tiba mati. Ketinggian pesawat saat itu 1.000 meter di atas permukaan laut.
Sena berhasil mendaratkan pesawat di sebuah lembah. Pendaratannya tak mulus, tangki bahan bakar pesawat bocor. Sena lekas mengambil apa pun yang bisa diraih. Dia membawa ransel, 2 botol air, 4 minuman kaleng, sekantong roti, tali, lentera, korek api, dan kotak kebutuhan darurat. Tak lama, setelah dia menjauhi pesawat, burung besi tersebut meledak.
Pada lima hari pertama, Sena mendengar pesawat penyelamat terbang di atasnya. Namun, vegetasi yang begitu lebat membuat dia tidak terlihat.
Setelah melihat GPS di telepon genggamnya, Sena memutuskan berjalan ke utara. Di arah itu terlihat dua landasan pacu. Sena bisa mendapatkan air, tapi makanannya sudah habis. Dia akhirnya mengonsumsi buah yang dimakan para monyet. Dia juga berhasil mencuri tiga telur burung tinamou biru dan memakannya. Itu satu-satunya protein yang dia makan selama di dalam hutan.
Pada hari ke-35, dia mendengar suara gergaji. Dia mengikuti suara tersebut dan tiba di kamp para pencari kacang di hutan. Merekalah yang membantu Sena menghubungi ibunya hingga akhirnya tim penyelamat datang.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!