Akapela untuk Kemanusiaan

oleh
oleh

[ad_1]

Ada tantangan besar dalam membuat album Voice of Humanity. Mereka yang terlibat tak diperkenankan memainkan satu alat musik pun. Album akapela ”keroyokan” sebelas musisi itu diluncurkan pada Jumat (5/3).

MUSIK memang bahasa universal. Melalui musik, semua pesan bisa disampaikan dan sudah pasti dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Pikiran itu juga tebersit di kepala mantan gitaris Rocket Rockers Rizky Fahdli ketika berniat ingin membuat gerakan kemanusiaan beberapa bulan lalu.

Dia sangat paham musik adalah media penyampaian terbaik sehingga cocok dimanfaatkan untuk melakukan hal baik. Misalnya, yang dilakukan Lowpe –sapaan Rizky Fahdli– bersama teman-temannya di organisasi kemanusiaan bernama Explore!

Masalahnya, dia sudah sangat menjauh dari musik. Dia tak ingin menyebarkan musik yang dimainkan dengan alat-alat musik sebagai wujud gerakan kemanusiaan. Bagi Lowpe, memainkan alat musik tak sesuai dengan kaidah ajaran agama Islam. ”Akhirnya, kami cari cara. Akapela akhirnya dipilih,” ungkap Lowpe.

Ya, akapela. Salah satu teknik atau jenis musik yang tak menggunakan instrumen apa pun. Akapela dipilih karena tak melanggar ajaran Islam yang mengharamkan alat musik. Cara yang juga tepat untuk menjadi media dalam aksi kemanusiaan.

Lowpe pun mengontak rekan-rekan musisi yang dulu satu skena ketika masih sama-sama berkarya. Termasuk mantan bandnya, Rocket Rockers. Dia mengajak eks vokalis Rocket Rockers Noor Al Kautsar yang sepemikiran soal alat musik diharamkan untuk bergabung membuat karya kemanusiaan.

”Kami ajak mereka dan jelaskan ada challenge untuk karya musik yang akan dibikin bersama ini. Challenge-nya, aransemen lagunya dilarang pakai alat musik alias akapela,” jelas Lowpe. Lowpe sempat berpikir bakal mendapat penolakan. Nyatanya, ide yang dilontarkannya itu justru disambut baik oleh rekan-rekannya tersebut. ”Mereka sampai saat ini ngeband pakai alat musik. Ternyata mereka tertantang. Malah ada sebelas musisi, baik band maupun solo, yang ikut,” ungkap Lowpe.

Challenge selanjutnya, sebelas musisi itu ikut andil tanpa dibayar. Sebab, penjualan album kompilasi bertajuk Voice of Humanity yang dirilis pada 5 Maret tersebut murni untuk kemanusiaan. Khususnya memberikan bantuan untuk pendidikan anak-anak tak mampu dan korban bencana alam. ”Mereka terima dan alhamdulillah berhasil albumnya jadi,” ucapnya.

Selama pengerjaan album, Lowpe juga menemui banyak kendala. Sebab, musisi yang berpartisipasi murni tak pernah melakukan akapela. Mereka selama ini berkarya dengan menggunakan alat musik. ”Sama nyamain waktu. Fadly Padi, misalnya. Karena kesibukan beliau, nyamain waktunya sedikit susah,” ujarnya.

Masalah lain adalah karya yang dibawakan secara akapela. Sebab, lagu-lagu yang dinyanyikan di album Voice of Humanity merupakan lagu-lagu yang sebelumnya dimainkan dengan alat musik. ”Milik Eka Annash, misalnya, kan bawain lagu band The Brandals. Musiknya rock n roll, jadi sedikit ribet. Kami terpaksa gunakan mesin tik untuk isi satu aransemennya,” jelas Lowpe.

Hasilnya pun sangat memuaskan. Lowpe yang bertindak sebagai produser tak menyangka para musisi yang sehari-hari memainkan alat musik ternyata cukup berhasil bernyanyi akapela. ”Niat selanjutnya, ada proyek dengan Rocket Rockers tetap tanpa alat musik. Saya sama Ucay (sapaan Noor Al Kautsar, Red) bergabung lagi,” paparnya.

Lowpe juga bangga album Voice of Humanity bisa dikatakan memecahkan rekor. Baik di nasional maupun internasional. ”Ini mungkin jadi album kompilasi akapela pertama di dunia yang penyanyinya bukan musisi akapela. Melainkan musisi yang biasa dan masih bermusik menggunakan alat musik,” tegasnya.

Lalu, bagaimana pendapat para musisi yang ikut berpartisipasi? Fadly Padi menyatakan sangat tertantang ketika diajak terlibat dalam album Voice of Humanity. Apalagi, album kompilasi tersebut memiliki tujuan kemanusiaan. ”Untuk kali pertama, saya ikut dalam project akapela selama 25 tahun karir saya dalam bermusik,” ungkapnya.

Aska, gitaris Rocket Rockers, mengatakan hal serupa. Selain itu, dia bersyukur bisa kembali reuni dengan dua mantan personelnya. Banyak pengalaman baru yang didapatkan selama pengerjaan album Voice of Humanity tersebut. ”Lebih pusing daripada yang biasa kami buat. Itu track rekamannya lebih dari yang biasa kami rekam pakai instrumen. Total, di lagu Reuni ada 11 track,” jelasnya.

Baca Juga: 5 Karyawan Kimia Farma Gelapkan Obat Apotek untuk Dijual tanpa Resep

Meski sulit, Aska sangat menikmati prosesnya. Ucay yang lebih berpengalaman karena sudah punya lagu akapela setelah keluar dari Rocket Rockers cukup banyak membantu. ”Itu juga yang kemudian menginspirasi kami untuk membuat karya baru, bukan remake, bersama Ucay dan Lowpe dengan akapela,” terangnya.

PENGISI ALBUM VOICE OF HUMANITY

Rocket Rockers, Mohammad Noh Salleh (Hujan Band asal Malaysia), Eka Annash (The Brandals), Yas Budaya (Alone at Last, Mitosmistis), Rudye (Revara, Lyon), MP-Boys, Vocafarabi, Glory of Love, Duet antara Bin Harlan (C’mon Lennon) dan David Hersya (Semakbelukar), Duet kakak adik Ghea & Ghia, dan Fadly (Padi) dan Aisha.

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tentang Penulis: Redaksi

Pimprus
Website media INFOMURNI merupakan website resmi yang berbadan hukum, Berisikan berbagai informasi untuk publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.