[ad_1]
JawaPos.com – Anak yang bertubuh tambun kerap dianggap lucu dan menggemaskan. Padahal ada masalah yang cukup serius di baliknya. Obesitas adalah masalah kesehatan yang kompleks. Gangguan kesehatan itu tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga bisa terjadi pada anak.
Lantas apa batasan seorang anak dianggap obesitas? Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa seorang anak dinilai obesitas ketika berat badannya berada jauh di atas ambang batas normal atau sehat untuk usia dan tinggi badannya. Penyebab kenaikan berat badan berlebih pada anak serupa dengan yang terjadi pada orang dewasa, termasuk perilaku dan genetika.
Masalah kelebihan berat badan pada anak-anak pantas untuk mendapat perhatian. Karena, jika dibiarkan maka mereka akan mengalami masa depannya dengan penuh masalah kesehatan. Anak-anak yang kelebihan berat badan dan obesitas cenderung tetap mengalami obesitas hingga dewasa dan lebih mungkin mengembangkan penyakit tidak menular seperti diabetes
Dr Michael Triangto, SpKO, spesialis kedokteran olahraga RS Mitra Kemayoran Jakarta dan Direktur Slim & Health Center Jakarta mengatakan, bahwa salah satu ciri obesitas pada anak adalah dengan menemukan warna kehitaman pada sekeliling kulit bagian leher yang dalam istilah medis disebut sebagai Pseudoacanthosis nigricans yang merupakan tanda tingginya kadar hormon Insulin di dalam tubuh yang bersangkutan yang pada akhirnya akan menyebabkan kelelahan dari organ pankreas dan menyebabkan timbulnya penyakit Diabetes Melitus pada usia muda.
“Munculnya kondisi obesitas pada anak tentunya tidak lepas dari intake makanan yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik,” ujar Michael dalam keterangannya.
Michael menambahkan minimnya aktivitas gerak pada anak juga didukung dengan maraknya permainan yang melibatkan komputer ataupun televisi yang jelas-jelas sangat menyita waktu saat berada di rumah. Belum lagi kurangnya sarana bermain di luar rumah.
Michael berpendapat bahwa kemajuan zaman seperti memanjakan fisik anak-anak yang seharusnya aktif bergerak. Dia menyebutkan beberapa model permainan anak-anak seperti sepatu roda, skuter mainan, berbagai macam varian sepeda serta otoped tidak digunakan secara maksimal untuk mendukung olahraga, namun digunakan untuk memanjakan tubuh yang malas bergerak. “Misal sepatu roda sering digunakan oleh anak-anak saat berjalan-jalan di mal. Akibatnya anak-anak sekarang semakin minim bergerak dan mendorong bertambah banyaknya anak-anak yang akan menjadi obesitas,” kata Michael.
Michael kemudian menyarankan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dengan anak yang cenderung memiliki berat tubuh di atas angka normal. “Temukan tanda-tanda Pseudoacanthosis nigricans agar dapat dilakukan pencegahan terjadinya Diabetes Melitus pada usia muda,” ujar Michael.
Pseudoacanthosis Nigricans yang merupakan kelainan pada pigmentasi kulit ini ditandai dengan munculnya area seperti beludru berwarna gelap pada lipatan-lipatan di tubuh seperti ketiak, pangkal paha dan leher. Kulit yang terpengaruh seringkali mengalami penebalan.
Michael juga menyebutkan pentingnya peran orang tua dalam menentukan untuk membeli kelengkapan ataupun permainan bagi anak mereka agar dapat memacu anak tersebut untuk lebih banyak beraktivitas fisik.
Perhatian bagi anak tidak selamanya dapat digantikan dengan membelikan makanan dan minuman kesukaan anak mereka dalam jumlah berlebihan karena nilai kesenangan tersebut di kemudian hari dapat berubah menjadi masalah obesitas yang sulit diatasi, ujar Michael.
“Sediakan waktu bagi anak untuk beraktivitas fisik yang cukup agar mereka dapat memaksimalkan kemampuan fisik, mental, spiritual, intelegensi dan juga kepribadian agar mereka dapat menjadi generasi penerus yang sehat dan siap untuk bersaing,” urainya. (*)
Saksikan video menarik berikut ini:
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!