[ad_1]
JawaPos.com – Seychelles merupakan negara Afrika dengan populasi terkecil. Seychelles adalah negara kepulauan dengan 115 pulau terletak sekitar 1.600 km sebelah timur daratan Afrika dan sebelah timur laut Madagaskar. Negara tersebut mendapat sorotan karena paling masif dalam melaksanakan vaksinasi Covid-19. Mereka telah memvaksinasi sekitar 60 persen populasinya dan menjadi negara paling masif di dunia dalam vaksinasi Covid-19. Vaksin yang digunakan sebagian besar vaksin Sinopharm dari Tiongkok.
Hanya saja, kemudian muncul sorotan lain. Itu tak lepas dari melonjaknya kasus Covid-19 di negara tersebut meski sudah sekitar 60 persen populasinya divaksinasi.
Kini, Seychelles sedang berjuang untuk menahan lonjakan baru infeksi Covid-19. Dan, tentu saja menimbulkan pertanyaan tentang keefektifan suntikan vaksin Sinopharm asal Tiongkok yang digunakan oleh negara kepulauan itu kepada sebagian besar penduduknya.
Baca juga: WHO Akhirnya Berikan Izin untuk Vaksin Sinopharm, Sinovac Menunggu
Dalam beberapa hari terakhir, serbuan pasien yang mencari pengobatan telah membanjiri satu-satunya pusat perawatan Covid-19 di Seychelles. Penularan Covid-19 harian telah melonjak menjadi lebih dari 300 kasus, sehingga total kumulatif menjadi 8.172 dan memaksa pemerintah untuk menerapkan kembali tindakan penguncian.
Meski angka itu rendah dibanding negara lain, namun tetap masalah besar bagi negara kecil yang terisolasi secara geografis dengan populasi hanya 100.000. Tingkat kasus harian adalah jumlah infeksi per kapita yang lebih tinggi daripada wabah di India.
Baca juga: Duterte Tolak Vaksin Covid-19 Sinopharm, Hanya Ingin Pakai Sinovac
Pada Minggu (9/5), rumah sakit di ibu kota Victoria kewalahan menampung pasien. Kementerian Kesehatan Seychelles mengeluarkan pedoman tentang bagaimana orang yang dites positif Covid-19 harus merawat diri mereka sendiri dari rumah, sementara pemerintah berjuang untuk membangun lebih banyak pusat perawatan darurat.
Lonjakan infeksi baru di negara kepulauan itu memang mengejutkan setelah pemerintah memvaksinasi lebih dari 60 persen populasi. Sekitar 38.000 penduduk diberikan suntikan vaksin Sinopharm dan sisanya menerima suntikan AstraZeneca yang diproduksi di Serum Institute of India.
Menurut Kementerian Kesehatan, lebih dari sepertiga kasus aktif baru adalah orang-orang yang telah divaksinasi dosis penuh. Pihak berwenang di Seychelles belum mengatakan berapa banyak dari kasus tersebut yang muncul di antara orang-orang yang divaksinasi dengan suntikan vaksin asal Tiongkok.
“Tingkat penularan tetap tinggi dan menjadi perhatian,” kata Kementerian Kesehatan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir The Wall Street Journal.
“Di Seychelles, sebagian besar kasus yang terjadi adalah kasus ringan,” kata Kate O’Brien, Direktur Imunisasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). “Vaksin Sinopharm benar-benar membutuhkan dua dosis. Dan beberapa kasus yang dilaporkan terjadi segera setelah dosis pertama disuntikan atau segera setelah dosis kedua,” imbuhnya.
Salah seorang penduduk, Christina Etoile, mengatakan bahwa saudara perempuannya, Eve, seorang perawat berusia 42 tahun, mendapatkan suntikan Sinopharm yang kedua pada awal Maret. Tetapi tiga minggu kemudian, dia mengalami demam tinggi, tenggorokan kering, dan batuk.
“Dia dinyatakan positif mengidap Covid-19 dan harus dirawat di rumah sakit yang sama tempat dia bekerja,” kata Etoile. “Saya rasa vaksin itu tidak memberinya banyak perlindungan,” imbuh Etoile.
Situasi tersebut sedang diawasi di seluruh dunia untuk mengetahui terkait efektivitas vaksin. Kabar itu muncul setelah WHO merekomendasikan vaksin Sinopharm untuk penggunaan darurat pada Jumat (7/5) untuk penggunaan global. Keputusan tersebut diumumkan oleh WHO setelah berminggu-minggu berdiskusi dan diharapkan dapat membantu mengurangi kekurangan pasokan vaksin di negara berkembang. Itu setelah ekspor vaksin dari India terhenti.
Hal itu juga akan meningkatkan upaya Tiongkok untuk memainkan peran utama dalam perang melawan pandemi menurut para pejabat dan analis. Otorisasi datang dengan peringatan karena WHO mengatakan terlalu sedikit data untuk menunjukkan apakah vaksin itu efektif pada orang di atas 60 tahun. Lima vaksin berbeda di Tiongkok belum digunakan secara luas di negara-negara kaya, tetapi sudah mendukung kampanye imunisasi di negara-negara berkembang. Hanya saja, melonjaknya kasus aktif di Seychelles telah menimbulkan pertanyaan baru tentang keefektifan vaksin Sinopharm.
WHO pada April mengatakan Sinopharm lebih dari 78 persen efektif dalam mencegah penyakit bergejala atau parah pada orang dewasa di bawah 60 tahun, dengan sedikit data tentang keberhasilannya pada pasien yang lebih tua.
Sementara, Uni Emirat Arab yang telah menggunakan puluhan ribu dosis vaksin Sinopharm, meminta beberapa yang menerima vaksin untuk kembali untuk suntikan dosis ketiga. Ini setelah adanya tanggapan kekebalan yang rendah, meski para pejabat mengatakan hanya sejumlah kecil yang diperlukan untuk melakukannya.
Data wabah di Seychelles menunjukkan adanya sejumlah varian, termasuk strain Afrika Selatan. John Nkengasong, Direktur Pusat Pengendalian Penyakit Afrika, menghilangkan kekhawatiran tentang kemanjuran Sinopharm tetapi menyuarakan keprihatinan tentang orang-orang yang divaksinasi penuh dan kemudian terinfeksi di Seychelles.
“Kami bekerja dengan pemerintah Seychelles untuk memahami situasi orang-orang yang terinfeksi setelah divaksinasi,” kata Nkengasong. “Tapi kami tahu secara umum bahwa vaksinasi mencegah keparahan virus,” imbuhnya.
Peningkatan kasus Covid-19 di Seychelles menandai pembalikan dramatis dari keyakinan awal setelah melakukan kampanye vaksinasi tercepat di dunia, yang dimulai pada Januari ketika UEA menyumbangkan 50.000 dosis vaksin Sinopharm. Pada Maret, Seychelles telah memvaksinasi hampir setengah dari populasinya, memungkinkan pembukaan kembali ekonominya yang terpukul dan menjadikan negara yang paling cepat di dunia dalam vaksinasi di depan Israel, Inggris dan AS, menurut perusahaan data yang berbasis di AS, Worldometer.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri dan Pariwisata Seychelles, Sylvestre Radegonde, tetap memuji vaksin Sinopharm. Dia menegaskany bahwa orang yang terinfeksi kembali hanya memiliki gejala ringan. “Saya tidak berpikir orang harus mulai mempertanyakan keefektifan vaksin Tiongkok. Para pasien yang dirawat di rumah sakit hanya memiliki gejala ringan,” tandasnya.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!