Dokter: Obat Hipertensi dan Diabetes Rusak Ginjal Tidaklah Tepat

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Penderita penyakit ginjal kronik (PGK) masih bisa hidup dengan sehat dan berkualitas. Asalkan rutin minum obat. Seseorang yang memiliki faktor risiko juga diminta melakukan diagnosis dini. Caranya dengan mengendalikan faktor risiko PGK seperti hipertensi, diabetes dan lainnya memegang peranan penting untuk mencegah kerusakan ginjal dan menjaga kualitas hidup.

Sejumlah masyarakat beranggapan malas atau enggan minum obat hipertensi dan diabetes justru merusak ginjal. Benarkah demikian?

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Aida Lydia, PhD., SpPD, K-GH menegaskan justru obat-obatan hipertensi dan diabetes harus diminum teratur. Tujuannya mengendalikan tekanan darah dan gula darah terkontrol sepanjang waktu. Sehingga mencegah komplikasi ke organ target.

Baca Juga: Catat, Penderita Gagal Ginjal dan Kanker Belum Bisa Divaksin Covid-19

“Persepsi yang tidak tepat itu selama ini tekanan darah atau gula darah bisa dirasa-rasa, tidak perlu diperiksa atau diukur. Lalu minum obat dapat merusak ginjal, tidak tepat ya,” katanya dalam webinar Hari Ginjal Sedunia, Rabu (10/3).

Paling tepat, kata dia, obat hipertensi dan diabetes tidak merusak ginjal. Yang merusak ginjal adalah penyakitnya, bukan obatnya.

“Hipertensi dan Diabetes merupakan penyebab terbanyak gagal ginjal di Indonesia. Maka upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit ginjal amat penting untuk digalakkan,” tegasnya.

Menurut dr. Aida, edukasi mengenai pentingnya mengenal faktor risiko penyakit ginjal dan bagaimana mencegah dan mengobatinya perlu untuk disosialisasikan secara luas. Orang dengan penyakit ginjal tetap dapat hidup sehat dan berkualitas. Banyak tantangan yang dihadapi, sumber daya manusia dan fasilitas kesehatan yang terbatas dan tidak merata, biaya kesehatan yang makin meningkat.

Faktor yang dapat dikendalikan adalah hipertensi, diabetes, obesitas, kurang olahraga merokok konsumsi alkohol berlebih. Dan yang tak dapat dikendalikan adalah umur dan genetik. Ia juga menambahkan banyak manfaat yang didapat dengan mengedepankan kualitas hidup pasien dalam pengelolaan pasien PGK.

Menurutnya, pasien dengan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengobatan penyakit ginjal yang dideritanya mempunyai kepatuhan berobat dan luaran klinis yang lebih baik, hingga pengeluaran biaya pengobatan yang lebih sedikit. “Untuk dapat hidup berkualitas dengan PGK, pasien harus dapat tetap berperan dalam kehidupannya,” tegasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.