[ad_1]
Talinn, IDN Times – Pemerintah Estonia melalui ketua parlemennya memberikan komentar mengenai perjanjian antara Rusia dan Estonia usai Perang Dunia I pada Minggu (03/01). Perjanjian Perdamaian Tartu tersebut sudah disetujui kedua belah pihak pada tahun 1920 mengenai perbatasan Estonia-Rusia.
Sementara itu, hal ini juga terkait masalah perbatasan Estonia dan Rusia yang tak kunjung usai. Selama ini Estonia masih mengklaim wilayah milik Rusia di pesisir Baltik yang tak jauh dari Kota St. Petersburg.
1. Parlemen Estonia bahas perayaan Perjanjian Tartu
Pada acara perayaan Tahun Baru 2021 kali ini, Presiden Parlemen Estonia, Henn Põlluaas dan sebagian besar anggota parlemen lainnya yang dijuluki Riigikogu memutuskan untuk mengenang kembali Perjanjian Perdamaian Tartu. Melansir dari RT, pada pertemuan tersebut, Põlluaas mengungkapkan,
“Setiap tanggal 2 Februari, kita merayakan penandatangan Perjanjian Perdamaian Tartu, yang mana Rusia selamanya mengakui kemerdekaan Estonia dan tidak dapat diganggu gugat. Perjanjian tersebut juga masih valid hingga sekarang ini sesuai hukum internasional”
Pada perjanjian tersebut menyebutkan sebagian sebelah timur Sungai Narva yang masuk Provinsi Pskov, Rusia menjadi salah satu bagian dari wilayah Estonia. Namun setelah Perang Dunia II, area tersebut menjadi wilayah Uni Soviet kini Rusia, dikutip dari TASS.
2. Gubernur Leningrad balas ucapan parlemen Estonia
Menanggapi pernyataan dari Henn Põlluaas, Gubernur Leningrad Alexander Drosdenko membalasnya bahwa posisi parlementer bergantung sepenuhnya pada memori tertentu. Menekankan pada negosiasi perbatasan sebelumnya pada tahun 1996, ketika menandatangi protokol, pihak Estonia tidak memberikan satupun pertanyaan, dilaporkan dalam RT.
Sebelumnya sudah ada harapan dari Moskow bahwa masalah perbatasan bisa terselesaikan. Setelah pada September tahun lalu, Menlu Estonia, Urmas Reinsalu bersedia untuk meringankan permasalahan tersebut.
3. Sudah adanya persetujuan Estonia-Rusia tahun 2005
Melansir dari TASS, sebelumnya perjanjian antara Estonia dan Rusia sudah disetujui pada tahun 2005 setelah negosiasi selama 11 tahun lamanya. Namun Estonia ingin memasukkan Perjanjian Tartu ke dalam persetujuan tersebut agar tidak adanya klaim pada wilayah Rusia, akhirnya Rusia justru menolak hal tersebut.
Kemudian dialog kembali dilakukan pada tahun 2012 dan akhirnya disetujui oleh Menlu Rusia dan Estonia pada tahun 2014. Namun agar perjanjian itu resmi disahkan maka harus disetujui oleh anggota parlemen kedua negara.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs idntimes.com, klik link disini!