Guru Besar UI Sebut Indonesia Darurat Covid, Faskes Rawan Kolaps

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Angka kasus positif Covid-19 dalam sehari, Jumat (18/6) kembali menembus rekor 12.990 kasus. Sedangkan angka kematian mencapai 290 jiwa dalam sehari. Angka ketersediaan tempat tidur rumah sakit atau BOR juga semakin kritis. Pemerintah diminta untuk saatnya menarik rem darurat.

“Rumah sakit sudah mulai penuh, kemarin ada pasien saya yang kebetulan bertugas di RSUD Jakarta menyampaikan tempat tidur isolasi di RS-nya juga sudah penuh dan sudah mulai merujuk ke RS lain jika ada pasien yang perlu rawat inap.  Kalau kondisi ini memburuk cerita akan berulang, pasien meninggal di instalasi gawat darurat (IGD) karena tidak ada ruang isolasi dan tidak bisa merujuk ke RS lain karena RS lain juga penuh,” tegas Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Praktisi Klinis Prof Ari Fahrial Syam kepada JawaPos.com, Jumat (18/6). “Kalau menunggu sepekan dua pekan lagi bahaya, ini RS saja sudah kolaps,” tambahnya.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta, kata dia, juga sudah mengimbau RS untuk meningkatkan kapasitas ruang isolasi untuk pasien Covid-19. Penambahan ruang isolasi untuk pasien Covid-19 tentu akan berdampak dengan pengurangan ruang rawat untuk pasien non Covid-19.  “Tampaknya masa sulit untuk mencari ruang isolasi di Jakarta akan berulang, beberapa saat yang lalu ada pasien saya demam tinggi, batuk, sudah dilakukan  swab antigen dan hasilnya positif. Pasien ini direncanakan untuk dirawat inap tetapi  ruang rawat Isolasi penuh. Beberapa RS sudah melaporkan bahwa IGDnya sudah didominasi kasus Covid-19. Kondisi di RS ini juga sejalan dengan positive rate yang sudah mencapai 15,6 persen di DKI Jakarta,” paparnya.

Di sisi lain, Prof Ari menilai bayang-bayang beredarnya virus Covid-19 yang sudah bermutasi juga menambah kekhawatiran. Informasi dari Bangkalan ternyata sudah ditemukan adanya pasien yang tertular dengan virus mutant B117 atau virus mutan alfa. Seperti yang disampaikan oleh peneliti dari Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga bahwa ditemukan varian B117 dari sampel pasien Bangkalan, bahkan diduga bahwa penyebaran yang cepat terjadi di Bangkalan dihubungkan dengan beredarnya varian B117 ini. Begitupun informasi dari Kudus, ternyata peningkatan kasus yang signifikan di Kudus disertai jatuhnya korban dari tenaga medis dihubungkan dengan beredarnya varian delta dari India.

“Kekurangan tenaga kesehatan karena banyak yang menjadi korban, membuat  pemerintah daerah memperkerjakan dokter relawan yang berasal dari daerah lain. Selain menambah tenaga kesehatan, sarana prasarana dan ketersediaan obat-obatan juga harus diperhatikan,” jelasnya.

Di sisi lain, dia menyesalkan banyak orang yang seolah cuek dengan kondisi parah tersebut. Sepanjang jalan pulang dan pergi dari kantor/rumah sakit dan rumah selama beberapa hari  terakhir ini tidak ada yang berubah. Jalan di Jakarta, daerah yang biasa macet tetap macet. Sebagian masyarakat di pinggir jalan juga tidak memakai masker.

 

“Tentu saya berharap mudah-mudahan mereka selalu sehat karena terinfeksi  Covid-19 dengan gejala dan perlu rawat inap di RS saat ini akan susah untuk  mereka mencari ruang isolasi.  Begitu pula kerumunan masih terjadi di tengah masyarakat,” jelasnya.

Dia menuturkan, dalam kondisi perkembangan  Covid-19 yang cenderung memburuk, sampai saat ini belum ada langkah yang konstruktif untuk mengatasi masalah itu. Malaysia dan Singapura sudah lockdown. Bahkan Malaysia juga memperpanjang lagi lockdown-nya sampai akhir Juni 2021.

Dia berharap berbagai pemerintah daerah mengambil keputusan strategis untuk menerapkan PSBB kembali wilayahnya. ’’Fakta sebelumnya menunjukkan bahwa PSBB telah berhasil menekan penularan  Covid-19 di tengah masyarakat,” tegasnya. (*)

 

 

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.