[ad_1]
JawaPos.com – Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf didaulat sebagai salah satu pembicara dalam peringatan 20 tahun serangan Gedung World Trade Center (WTC) New York, 11 September 2001.
Peringatan itu digelar oleh Regent University, Virginia, Amerika Serikat pada Kamis (9/9). Dalam pertemuan tingkat internasional tersebut, KH Yahya Cholil Staquf yang biasa disapa Gus Yahya itu mengatakan, pascaserangan WTC tatanan dunia membutuhkan pengelolaan yang semakin tangguh. Di antaranya menjaga keutuhan negara-bangsa yang ditopang lewat tradisi keagamaan dan budaya lokal yang kokoh dari serangan ideologi-ideologi transnasional. Ideologi itu bisa didasarkan pada identitas agama, etnik atau ras, maupun gagasan-gagasan sekuler.
“Ini krusial sekali karena senyawa antara negara-bangsa, tradisi keagamaan dan budaya lokal adalah satu-satunya struktur dasar yang tersedia dalam tata dunia saat ini untuk mengelola proses negosiasi global menuju peradaban yang harmonis,” kata Gus Yahya yang memberikan paparannya melalui rekaman video.
Selain Gus Yahya, pembicara dalam peringatan 20 tahun serangan gedung WTC yakni mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Pat Robertson, pendiri Regent University, tokoh-tokoh dari kalangan diplomatik, ahli dan pemegang wewenang militer, keamanan dan hukum, serta intelektual AS.
Pada kesempatan itu Gus Yahya menjelaskan potensi besar yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU). Potensi NU dengan tradisi keagamaan lokal yang kokoh serta bangsa Indonesia dengan visi “Bhinneka Tunggal Ika”. Semboyan negara itu bisa dapat membangun peradaban umat manusia.
Gus Yahya menilai melalui tradisi keagamaan lokal dan semboyan bangsa, proses perwujudan konsensus menuju peradaban global yang harmonis bukanlah impian.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!