Hasil Pemodelan BMKG: Tsunami Selat Sunda Bisa Sapu Sebagian Jakarta

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, tsunami bisa menerjang Selat Sunda jika terjadi erupsi gunung api dan gempa tektonik yang bersumber di zona megathrust. Bencana tsunami tersebut bisa melanda Jakarta.

“Pemodelan tsunami akibat gempa magnitudo 8,7 yang bersumber di zona megathrust Selat Sunda dilakukan BMKG menujukkan, tsunami dapat sampai di Pantai Jakarta,” kata Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya, Minggu (22/8).

Daryono menjelaskan, hasil pemodelan menunjukkan bahwa tsunami sampai di Pantai Jakarta dalam waktu sekitar 3 jam setelah gempa. Dengan tinggi 0,5 meter di Kapuk Muara – Kamal Muara dan 0,6 meter di Ancol – Tanjung Priok.

Menurutnya, pemodelan tsunami diukur dari muka air laut rata-rata (mean sea level). Dalam kasus terburuk, lanjut Daryono, jika tsunami terjadi saat pasang, maka tinggi tsunami dapat bertambah.

“Selain itu, ketinggian tsunami juga dapat bertambah jika pesisir Jakarta sudah mengalami penurunan permukaan (subsiden),” ucap Daryono.

Pemodelan tsunami memang memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena persamaan pemodelan sangat sensitif dengan data dan sumber pembangkit gempa yang digunakan.

“Beda data yang digunakan maka akan beda hasilnya, bahkan jika sumber tsunaminya digeser sedikit saja, maka hasilnya juga akan berbeda. Inilah sebabnya maka selalu ada perbedaan hasil di antara pembuat model tsunami,” ujar Daryono.

Pemodelan ini dilakukan sebagai acuan langkah mitigasi tsunami. Sehingga perlu dibuat model yang paling pahit agar lebih siap dan tangguh, meskipun kapan terjadinya tidak ada yang tahu.

“Bisa jadi jika terjadi belum tentu mencapai skenario terburuknya,” papar Daryono.

Daryono mengingatkan, tsunami pernah menghancurkan Jakarta, akibat erupsi katastropik Gunung Krakatau di Selat Sunda pada 27 Agustus 1883. Erupsi katastropik menyebabkan runtuhnya badan Gunung Krakatau ke laut, serta terjadinya kontak material erupsi yang panas dengan air laut sehingga memicu tsunami lebih dari 30 meter.

“Dahsyatnya tsunami mampu menimbulkan kerusakan di Pulau Onrust yang merupakan bagian gugus pulau di Kepulauan Seribu,” papar Daryono.

Daryono menuturkan, sejak 1848 Pulau Onrust dan sekitarnya difungsikan pemerintah Kolonial Belanda sebagai Pangkalan Angkatan Laut. Namun sarana ini rusak berat diterjang tsunami pada 1883.

“Tsunami dilaporkan menerjang daratan dan menghempaskan perahu-perahu di pantai Batavia. Suasana sangat kacau di perkampungan Cina yang umumnya terletak di pinggir sungai, ketika air mendadak naik setelah tengah hari,” ungkap Daryono.

Dalam peristiwa itu, tsunami menimbulkan kekacauan di Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal uap Wilhelmina yang sedang menurunkan muatan dihantam terjangan tsunami hingga harus melepaskan jangkar.

“Sebuah kapal uap yang ditarik tongkang dari Merak menuju Priok juga diterjang tsunami hingga keduanya hilang tenggelam. Tsunami juga merusak beberapa jembatan dekat muara sungai di Batavia,” beber Daryono.

Oleh karena itu, berdasarkan sejarah kelam peristiwa tsunami, BMKG menyusun peta bahaya tsunami di seluruh pantai rawan tsunami di Indonesia. Dia menuturkan, di Pulau Jawa, peta bahaya tsunami yang sudah dibuat sebanyak 41 peta.

“Dengan rincian 5 peta di Banten, 5 peta di Jawa Barat, 17 peta di Jawa Tengah, 3 peta di Yogyakarta, dan 11 peta di Jawa Timur. Pembuatan peta bahaya tsunami ini masih terus berjalan untuk wilayah lain di Indonesia,” urai Daryono.

Peta bahaya tsunami memberi informasi tinggi tsunami, jauhnya landaan, dan waktu tiba tsunami di pantai. Menurutnya, peta ini juga bermanfaat untuk perencanaan tata ruang pantai yang aman tsunami, acuan membuat jalur evakuasi, menentukan lokasi titik kumpul, lokasi tempat evakuasi sementara, serta acuan dalam berlatih evakuasi (tsunami drill).

“Atas dasar beberapa hal tersebut maka BMKG membuat skenario model terburuk untuk acuan mitigasi tsunami bagi pemerintah daerah, masyarakat, dan relawan kebencanaan,” pungkas Daryono.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.