Hasil Tidak Akurat, Periksa Kolesterol Tak Disarankan Lewat Ujung Jari

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Berbeda dengan gula darah, pemeriksaan kolesterol untuk mengetahui ada tidaknya kelainan atau dislipidemia tidak dianjurkan melalui ujung jari. Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD, mengatakan, pemeriksaan kolesterol lewat ujung jari hasilnya tidak akurat.

“Kami tidak anjurkan karena pemeriksaan kolesterol dari sumber kapiler atau ujung jari yang ditusuk, itu tidak akurat,” ujar dr. Tri Edi dalam webinar tentang pengelolaan dislipidemia.

Menurut Tri Juli, pemeriksaan kolesterol akan lebih akurat hasilnya bila dilakukan dari pembuluh darah vena, bukannya pembuluh kapiler seperti di ujung jari pada pemeriksaan gula darah.

“Beda dengan gula darah untuk monitor memang sudah di-approved. Untuk kolesterol tidak kami anjurkan pemeriksaan dari sumber darah kapiler tetapi dari vena,” kata dia.

Dislipidemia umumnya tidak bergejala sehingga diagnosis penyakit ini tak bisa semata dilihat dari tampilan fisik kecuali pada kasus esktrem seperti xantelasma pada kelopak mata atau xantoma tendon achiles, siku dan lutut serta lipatan-lipatan sendi. Kondisi ini terjadi saat LDL sangat tinggi yakni lebih dari 190 mg/dl.

Pada kondisi trigeliserida yang sangat tinggi (lebih dari 500 mg/dl) memunculkan radang akut pada paknreasnya, menyebabkan mual, muntah, kesemutan, tidak enak badan akibat darah yang kental, rasa sesak napas dan gangguan kesadaran.

Berdasarkan National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP-ATP III) seseorang dikatakan memiliki kadar lipid abnormal apabila terjadi peningkatan kolesterol total (≥240 mg/dl), peningkatan kadar kolesterol LDL (≥160 mg/dl), kadar kolesterol trigliserida (>200 mg/dl), atau rendahnya kadar kolesterol HDL (<40 mg/dl) setelah dilakukan profil lipid atau tes kolesterol yang meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida.

Pemeriksaan profil lipid rutin dianjurkan pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner, diabetes, aterosklerosis pada pembuluh darah manapun, keadaan klinis yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik.

“Jangan berharap melihat dari tampilan fisik, tetapi harus melalui pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini harus diluruskan. Masyarakat sering melihat periksa kolesterolnya dari jari seperti periksa gula darah. Jangan menunggu perubahan fisik untuk mendeteksi dislipidemia,” demikian saran Tri Juli.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *