Ikan Gabus, Dari Meja Makan ke Meja Kontes

oleh

[ad_1]

Channa masuk mal. Beberapa tahun terakhir, ada jenis-jenis channa yang sedang naik daun dan menjadi buruan para kolektor. Salah satunya adalah channa marulioides yellow. Saking ramainya peminat, kontes kecantikan ikan yang lebih dikenal dengan ikan gabus itu banyak digelar.

BELASAN channa marulioides yellow berjejer di tank khusus Kamis (18/3). Tubuh ikan yang menyerupai torpedo itu sontak meliuk-liuk cepat setiap kali ada orang yang mendekat. Dorsalnya mengembang. Matanya yang merah menambah kesan garang pada ikan predator tersebut. Namun, ikan yang dipajang selama tiga hari di Marvell Mall itu tidak sedang dijual, tetapi tengah mengikuti kontes di ajang Channa War Event Animal & Aquatic Land.

Panggung-panggung seperti itulah yang memperkuat kesan bahwa channa sudah naik strata. Jika dulu citra ikan tersebut lebih lekat dengan ikan konsumsi, kini mereka sudah beralih dari meja makan ke meja kontes.

”Channa marulioides yellow ini mulai banyak digemari. Levelnya bisa menyalip channa barca dari India,” kata Andi Permana, salah seorang juri dalam kontes tersebut.

Ada banyak faktor yang membuat channa marulioides yellow itu pamornya meroket. Selain habitatnya asli dari perairan Indonesia, ikan itu memiliki warna tubuh oranye kekuningan pada bagian bawah. Sementara itu, bagian atas tampak berwarna dominan hitam.

Matanya yang merah menyala membuat gabus yang satu ini mendapatkan julukan channa emperor. Bahkan, kata Andi, saking populernya, channa jenis itu sudah tidak sepadan lagi jika ditukar dengan arwana super-red. Kelasnya sudah lebih tinggi.

Pria yang dapat dijumpai di Black Water Channa, Surabaya, tersebut mengungkapkan, dalam kontes channa yang dinilai adalah kelebihannya. Berbeda dengan cupang, di mana juri justru mencari kekurangan paling sedikit dari ikan.

Ada enam kategori yang menjadi parameter dalam penilaian kontes. Pertama, kemampuan adaptasi dengan tempat baru. Hal itu terlihat selama tiga hari kontes diselenggarakan. Pada dua hari pertama, adaptasi menjadi pemeriksaan yang berkelanjutan.

Berikutnya, penilaian mental ikan. Jika keeper telah mampu mengondisikan channa tersebut, tanpa diberi stimulus tangan, channa itu langsung bergerak dengan sendirinya. Meski ada juga channa yang akan bergerak lincah ketika mengikuti gerakan tangan dari sang keeper atau juri.

Ketiga, warna. Soal warna ini bergantung dari subjektivitas juri. Ada yang menilai jika kuning cenderung oranye itu mendekati warna sempurna. Namun, ada juga yang menilai kuning saja itu sudah kuat. Keempat, corak bunga putih pada tubuh channa.

Baca Juga: Bandingkan dengan Sinovac, Ahli Hongkong Puji Vaksin Pfizer-BioNTech

Kelima adalah bar. Dalam penilaian ini, bar ikan channa juga memiliki nilai tersendiri. Bentuk hitam di tubuh channa harus simetris. Jika pada bagian kanan bar berjumlah tujuh, bagian kiri pun demikian. Lalu, ketebalan warna hitam tersebut juga jadi penilaian tersendiri.

”Karena itulah, warna menjadi subjektif. Saya lebih menilai potensi warna ke depannya. Kan kontes bergantung size. Kalau yang sekarang, size yang dilombakan 20–25 cm. Tidak mungkin di ukuran itu warna kuning sudah solid,” paparnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.