Ini Jaket Spesial, Pak Gubernur, Koordinator Saja Belum Dapat

oleh

[ad_1]

Ridwan Kamil, Bonek, Silaturahmi, dan Martabak Madura

Tak ada kaitan sama sekali dengan politik. Ridwan Kamil bercerita betapa dirinya tak betah nonton bola dari tribun VIP. Para Bonek bertanya, apa yang membuat dia selalu sigap turun tangan saat mereka melawat ke Bandung.

BAGUS PUTRA PAMUNGKAS, Surabaya, Jawa Pos

”SAYA itu nggak senang nonton sepak bola di tribun VIP,” kata Ridwan Kamil sambil tangannya mencocolkan martabak madura ke sambal petis di sebelahnya. Martabak potongan kesekian itu kemudian lahap disantapnya.

Kemarin siang (30/5) gubernur Jawa Barat tersebut tengah bersilaturahmi dengan Bonek alias para pendukung Persebaya di Warkop Pitu Likur, Surabaya. Emil –sapaan akrabnya– memang sedang melakukan kunjungan kerja ke ibu kota Jawa Timur tersebut.

”Saya senangnya nyelinap, kemudian bareng-bareng suporter lain di tribun ekonomi. Enak bisa teriak-teriak,” lanjutnya sambil masih menyelesaikan kunyahan martabaknya.

”Nggak pernah ketahuan, Pak?” tanya Cak Cong, sapaan akrab Husin Ghozali, salah seorang pentolan Bonek yang ikut menyambut Emil kemarin.

Emil mengaku ”misi penyamarannya” di tribun ekonomi selalu lolos dari perhatian. ”Biasanya, sebelum laga berakhir, saya pulang duluan,” sahut Emil.

Emil memang seorang Bobotoh, sebutan pendukung Persib Bandung. Saat Persib menghadapi Persipura Jayapura di Palembang, Sumatera Selatan, pada final Liga Indonesia 2014, foto Emil, ketika itu masih menjabat wali kota Bandung, bertelanjang dada di tengah para Bobotoh ramai menjadi perbincangan.

Selama ini relasi Bonek-Bobotoh sangatlah harmonis. Beberapa kali keakraban dua kelompok suporter itu diperlihatkan. Laga Persebaya kontra Persib di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, pada musim 2018, salah satunya. Sebelum laga, Bobotoh mendapat sanksi dari PSSI. Mereka dilarang hadir di sisa laga Persib pada Liga 1 2018. Baik laga home maupun away.

Bonek kemudian tergerak. Tribun Timur yang dikomandoi Hasan Tiro membuat koreografi spesial. Ada gambar prajurit Viking yang di bawahnya bertulisan ”Kami Bersama Kamu”. Kata ”kami” yang merujuk ke Bonek dicetak berwarna hijau. Sementara, ”kamu” yang merujuk pada Bobotoh diberi warna biru. Hijau dan biru adalah warna kebesaran Persebaya dan Persib.

Aksi itu lantas dibalas pada pergelaran Piala Presiden 2019. Kebetulan, Persebaya bermain di Bandung. Saat kedua tim bertemu di Stadion Si Jalak Harupat, giliran Bobotoh yang membentangkan koreo. Ada dua anak kecil yang sedang bermain. Keduanya memakai ikat kepala. Satu bertulisan Persebaya, satu lagi bertulisan Persib.

Dalam rangka menjaga silaturahmi dua kelompok suporter dan dua kota itulah, Emil menyempatkan waktu bertemu dengan Bonek. Semula dia dijadwalkan tiba pada pukul 12.30. Tapi, pria yang juga seorang arsitek itu ternyata datang sepuluh menit lebih cepat. Begitu tiba, dia langsung disambut sejumlah pentolan Bonek. Dari Green Nord, ada Husin Ghozali dan Syaiful Antoni. Ada pula koordinator Tribun Kidul dan Gate Jhoner 21, Devara Noumanto dan Erick Wicaksono.

Sebelum bercengkerama, Bonek memberikan kado spesial kepada Emil berupa jaket edisi terbaru bertulisan Persebaya Surabaya. ”Koordinator saja belum dapat jaket yang ini. Baru Pak Gubernur yang dapat,” seloroh Cak Cong yang langsung disambut tawa seisi ruangan.

Baca juga: Ridwan Kamil Ngopi Bareng dengan Bonek, Tolak Dibilang Politis

Obrolan hangat kemudian terjalin. Ditemani sajian martabak madura. Emil senang akhirnya bisa bertemu dengan teman-teman Bonek. Sebab, biasanya dia hanya bertemu mereka ketika Persebaya melakoni laga away ke Bandung.

”Saya ingat dulu pernah menggelar karpet di pendapa (Bandung) buat Bonek karena mereka kemalaman saat datang,” jelasnya.

Sinyo Devara, koordinator Tribun Kidul, ingat betul uluran tangan Emil. Tepatnya saat kongres PSSI 2017. Atau, tepat sebelum Persebaya kembali diakui PSSI. Kongres itu berlangsung di Bandung. ”Selama di Bandung, Pak Emil yang ngerumat Bonek. Menyediakan tempat menginap, dikasih jatah makan 300 nasi bungkus per hari,” ungkap pria yang akrab disapa Sinyo tersebut.

Pulangnya, lanjut Sinyo, juga disediakan armada. Dan, Bonek diantar sampai perbatasan Jawa Barat–Jawa Tengah. ”Sebenarnya apa yang membuat Bapak (Emil) mau menerima Bonek dengan baik?” tanya Cak Cong.

Menurut Emil, pertimbangannya adalah kemanusiaan. ”Kalau Bonek tidak diurus dengan baik, nanti warga Bandung yang dirugikan. Sebelum problem itu ada, saya harus turun. Lagi pula, selama ini Bonek-Bobotoh kan bersaudara. Banyak lho kaus Bonek di Bandung,” ungkapnya.

Karena itu, begitu ada kunjungan kerja di Surabaya, pikiran Emil langsung tertuju ke Bonek. ”Saya keinget, markas Bonek kan pasti di Surabaya. Jadi, saya mau silaturahmi,” kata pria kelahiran 4 Oktober 1971 tersebut.

Dia tak punya tujuan apa pun. Apalagi agenda politik. ”Ini silaturahmi saja biar bisa tukeran nomor. Jadi, kalau Bonek ke Bandung, kami bisa saling kontak dan menjamu Bonek dengan baik,” jelas Emil.

Cak Cong juga memastikan kedatangan Emil tak berkaitan dengan politik. ”Pagi hari kami diberi kabar bahwa gubernur Jawa Barat mau silaturahmi dengan Bonek. Nggak masalah,” katanya.

Apalagi, Bonek selama ini sudah menganggap Bandung sebagai rumah kedua. ”Nggak ada tujuan politik. Intinya untuk silaturahmi, merapatkan hubungan antara Surabaya dan Bandung,” jelas Cak Cong.

Lagi pula, Bonek selama ini memang antipolitik. Mereka hanya berfokus mendukung tim kebanggaan, Persebaya. Kebetulan, Persebaya dan Persib adalah teman karib. ”Dalam momen ini, gubernure mau menyempatkan bertemu dengan Bonek. Ini sebagai ungkapan hubungan baik Bonek dengan Bobotoh. Apalagi, sudah satu tahun kami nggak bertemu karena ada pandemi,” jelas Cak Cong.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.