[ad_1]
JawaPos.com – Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) saat ini terus meneliti sampel-sampel Covid-19 asal Madura yang dikirimkan sejumlah rumah sakit. Saat ini tiga sampel sudah teridentifikasi sempuran serta hasilnya juga sudah dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan gubernur Jawa Timur. Satu di antara tiga sampel terdeteksi sebagai varian Delta India.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development Unair Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih MSi mengakui bahwa saat ini memang ada tiga sampel yang sudah teridentifikasi sempurna di ITD. Salah satunya terdeteksi sebagai varian baru Delta India yang kini menjadi variant of concern (VOC) dunia. ”Sementara masih varian baru yang India. Varian impor. Varian baru Indonesia belum ada,” katanya.
Nyoman menjelaskan, sementara ini baru satu sampel yang sudah di-submit di GISAID (lembaga bank data yang menjadi acuan untuk data genom virus SARS-CoV-2) untuk varian baru Delta India. Di seluruh Indonesia, baru sekitar 73 sampel yang sudah di-submit di GISAID. ”Satu varian baru India itu salah satu sampel dari Bangkalan, Madura,” ujar dia.
Sebelumnya, Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) juga merilis adanya varian baru Delta India yang saat ini dirawat inap. Sebagian merupakan pasien asal Madura. Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur pun meminta rumah sakit mengirimkan sampel pasien Covid-19 yang memiliki CT value di bawah 25 untuk dites whole genome sequencing (WGS).
Rektor Unair Prof Mohammad Nasih menyatakan, ITD terus melakukan identifikasi WGS terhadap sampel dari Madura. Sebelumnya, ada 24 sampel yang dikirimkan ke ITD. Namun, banyak sampel yang belum sempurna diidentifikasi. ”Sekarang masih tiga sampel yang sudah teridentifikasi sempurna. Sisanya masih terus dites,” jelasnya.
Nasih menambahkan, sampel yang sudah teridentifikasi tersebut belum bisa disimpulkan. Sebab, masih sedikit sampel yang teridentifikasi sempurna. Meski begitu, berdasar hasil sementara, sampel yang teridentifikasi memiliki kemiripan dengan varian di Kudus. ”Ya, hampir mirip-mirip dengan di Kudus. Semua hasilnya sudah kami laporkan ke gubernur,” katanya.
ITD terus mengumpulkan tambahan sampel yang ada. Unair bekerja sama dengan Kemenkes serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) untuk mendapatkan sampel-sampel yang akan dites WGS. ”Kami bakal terus mengevaluasi dan meneliti kasus-kasus Covid-19 yang menarik. Jika ada pasien yang sakit dengan gejala yang cepat, kami akan identifikasi secara khusus,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Instalasi Promosi Kesehatan dan Humas dr Brihastami Sawitri SpKJ menyebutkan, hingga kemarin (17/6), total pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Penyakit Tropik Infeksi (RSPTI) Unair mencapai 75 orang dari kapasitas 76 bed. Perinciannya, 60 pasien yang dirawat inap dan 14 pasien yang dirawat di ruang intensive care unit dari kapasitas 15 bed. ”Sembilan pasien yang kini dirawat di ICU berasal dari Bangkalan,” katanya.
Dokter yang karib disapa Mia itu menyatakan, bed occupancy ratio (BOR) RSPTI sudah hampir 100 persen. Meski begitu, RSPTI dapat menambah kapasitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat. ”Trennya meningkat. Setiap hari kami buka bed baru dan ruangan,” ujar dia.
Baca Juga: Gotong Royong Tangani Covid-19, Kirim Nakes ke Bangkalan
Direktur RSUA dr Nasronudin SpPD KPTI FINASIM menjelaskan, pelayanan Covid-19 difokuskan di gedung RSPTI Unair. Gedung tersebut terpisah dari gedung pelayanan pasien non-Covid-19 di RSUA. Bahkan, instalasi gawat darurat (IGD) untuk pasien non-Covid-19 dan Covid-19 terpisah gedung. ”Jadi, masyarakat yang ingin berobat biasa tetap dilayani dengan aman di gedung RSUA. Karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir,” tuturnya.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!