[ad_1]
JawaPos.com – Kasus Covid-19 di Gresik belakangan ini mulai kembali terkendali. Dalam beberapa pekan terakhir, jumlah tambahan kasus positif harian di bawah 10 orang. Bahkan, akhir-akhir ini tambahan harian tinggal 3–5 orang. Kasus aktif juga menunjukkan tren penurunan.
Berdasar data satgas Covid-19, Jumat (14/5) jumlah kasus aktif atau pasien positif Covid-19 yang masih menjalani perawatan berkurang tinggal 47 orang. Dalam beberapa pekan sebelumnya, kasus aktif awet di atas angka 50 orang. Sementara itu, total jumlah kasus positif di Gresik sudah mencapai 5.582 orang dan sembuh 5.182 orang. Kabar baiknya lagi, sudah lama jumlah pasien positif yang meninggal dunia tidak bertambah.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Gresik drg Saifudin Ghozali mengatakan bersyukur saat ini kasus di Gresik terbilang landai jika dibandingkan dengan beberapa daerah lain. Meski begitu, dia sangat berharap semua pihak tidak lengah agar kondisi terus melandai.
’’Alhamdulillah, pantauan aktivitas masyarakat selama Lebaran ini masih terbilang standar. Semoga saja tidak ada pemicu yang membuat Covid-19 kembali melonjak,” katanya.
Dia menegaskan, satgas akan terus waspada. Sebab, ada beberapa potensi yang bisa menjadi pemicu. Di antaranya, ada pekerja yang kembali ke Gresik; lonjakan pengunjung di tempat wisata, perbelanjaan, atau kuliner; masyarakat yang bersilaturahmi Lebaran; serta kepulangan para pekerja migran Indonesia (PMI) pasca-Lebaran.
Kewaspadaan itu diharapkan dimulai sejak dari tingkat RT dan RW. Dia menegaskan, selama ini pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro relatif sangat efektif menekan angka Covid-19. Termasuk di Gresik. Karena itu, pihaknya mendukung pemerintah pusat yang kembali memperpanjang PPKM mikro tersebut hingga 24 Mei.
Memang, untuk skala kabupaten, Gresik berzonasi oranye. Namun, di skala desa-desa, sejauh ini tidak hanya ada yang merah dan oranye. Mayoritas hijau dan kuning.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan, RS di Surabaya Tambah Fasilitas Isolasi Covid-19
Ghozali menjelaskan, lonjakan kasus memang tidak bisa langsung diketahui dalam satu atau dua hari setelah kegiatan. Namun, lonjakan itu muncul setelah satu atau dua minggu. ’’Sesuai arahan dari pemerintah, kami juga akan meningkatkan 3T. Yakni, tracing, testing, dan treatment. Selain itu, berupaya menggenjot pelaksanaan vaksinasi,’’ katanya.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!