[ad_1]
JawaPos.com–Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan, tidak akan ada penambahan rumah sakit meski kasus Covid-19 di Surabaya dan Bangkalan terus meningkat. Kemunculan varian B16172 strain India di Surabaya juga tidak mendorong pembukaan rumah sakit rujukan baru.
”Sebenarnya di Surabaya kalau bed occupancy rate (ketersediaan kamar) itu masih jauh (dari penuh). Tapi gara-gara rumah sakit di Surabaya ini banyak rumah sakit penyangga sehingga kamar menjadi langka,” tutur Eri pada Rabu (16/6).
Keberadaan rumah sakit penyangga menjadi penyedia fasilitas bagi pasien Covid-19 di wilayah sekitar Surabaya. Sebut saja Kabupaten Bangkalan.
”RS penyangga di Surabaya ada di RS Unair, RSUD Soetomo, RS PHC, RS Haji, dan beberapa RS lain. Nah, RS penyangga ini dikelola pemerintah provinsi,” terang Eri.
Kondisi tersebut membuat BOR Surabaya menjadi tinggi. Ketersediaan kamar RS di Surabaya berkurang karena membantu pasien wilayah sekitar. Mengingat Surabaya juga menjadi ibu kota provinsi Jawa Timur.
”Karena memang RS penyangga ini BOR-nya penuh. Padahal di beberapa RS masih banyak yang kosong. Misalnya, RS Husada Utama. Tapi ini kan dihitung secara global,” jelas Eri.
Oleh karena itu, Eri mengkau sudah dihubungi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa soal RS isolasi. ”RS Isolasi itu untuk mengantisipasi naiknya BOR ICU dan BOR untuk perawatan biasa,” ungkap Eri.
Solusi lain yang dilakukannya adalah kembali mengingat dan memperketat PPKM mikro di tingkat RT/RW. ”Linmas akan terus berjaga. Ini kan seperti tidur sebentar, terus bangun lagi. Mohon prokes diperketat,” kata Eri.
Sementara itu, per Selasa (15/6), terdapat 159.972 warga yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 499 di antaranya merupakan kasus baru dengan 250 dinyatakan sembuh di hari yang sama. Total terdapat 145.118 pasien sembuh. Sedangkan 2.984 orang masih menjalani perawatan dan 11.870 pasien meninggal, 43 di antaranya menghembuskan napas terakhir kemarin (15/6).
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!