Kemenkes Pastikan Stok Obat Cukup

oleh
oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Kelangkaan obat terapi Covid-19 masih terjadi di sejumlah daerah. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersikukuh mengklaim bahwa stok obat masih cukup.

Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya menjelaskan, pihaknya telah mengecek stok obat. ”Tentu stok yang kami punya ini sudah dihitung. Masih cukup untuk lonjakan kasus yang terjadi saat ini,” ucapnya kemarin (10/7).

Menurut data Kemenkes kemarin, stok oseltamivir kapsul 11.636.209 tablet. Ada juga favipiravir 24.479.792 tablet, azithromycin 12.389.264 tablet, dan multivitamin 75.960.493 tablet.

Ada dua obat yang jumlahmya lebih sedikit. Yakni, remdesivir 148.891 vial dan tocilizumab 421 vial. ”Pemerintah tengah mengimpor remdesivir dan tocilizumab,” ujarnya. Targetnya dua hari ke depan sampai. Menurut dia, tocilizumab tidak terlalu dibutuhkan. Sebab, obat itu hanya berfungsi untuk mengatasi kasus kritis yang jumlahnya sedikit.

Dia menjelaskan, obat tersebut tersebar di instalasi farmasi pusat, dinas kesehatan, industri farmasi, pedagang besar farmasi (PBF), rumah sakit, dan apotek. Selain jumlah yang ada, instalasi farmasi pusat dan 34 dinas kesehatan provinsi menyimpan obat sebagai buffer stock. ”Untuk kami mem-buffer apabila stok di lapangan kosong. Sehingga masyarakat tetap mendapatkan,” ucapnya.

Dia mendorong agar industri farmasi meningkatkan produksi. Setelah didistribusikan, obat juga diminta segera disalurkan ke fasilitas kesehatan. Dia juga meminta tidak ada penimbunan obat-obatan di industri maupun PBF. ”Kami dorong industri mendistribusikan obat ke zona-zona merah yang membutuhkan,” kata Arianti.

Kemenkes telah membuat aplikasi Pharma Plus. Tujuannya, memantau ketersediaan obat di apotek. Masyarakat bisa mengakses. ”Aplikasi ini segera di-launching,” katanya. Jejaring Pharma Plus disebut ada di seluruh Indonesia. Namun, pembelian obat-obat untuk Covid-19 diwajibkan atas resep dokter.

Baca juga: PPKM Darurat Tambah 15 Daerah Luar Jawa–Bali

Di sisi lain, Tyas Susiawati, pemilik apotek di daerah Jambangan, Surabaya, mengaku kehabisan stok multivitamin. Begitu pula obat pereda gejala Covid-19. Misalnya, obat batuk, pilek, dan demam. ”Sejak PPKM darurat, stoknya lebih cepet habis. Malah sekarang susah, sedang order lagi ini. Mungkin efek panic buying,” ungkapnya kepada Jawa Pos. Misalnya, parasetamol untuk menurunkan demam. Obat tersebut kosong sejak Kamis lalu (8/7).

Untuk memenuhi kebutuhan stok apotek, Tyas tidak hanya berpatok pada satu tempat distributor. Sebab, ketersediaan barangnya juga terbatas. ”Misal kita butuh 20 pak, tapi adanya di distributor cuma 10 pak,” terangnya. Menurut dia, permintaan kebutuhan obat yang tinggi saat ini di luar prediksi. Sementara itu, aktivitas masyarakat tengah dibatasi cukup ketat. Bisa jadi distribusi dari pabrik terhambat sehingga menimbulkan kelangkaan.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tentang Penulis: admin

Gambar Gravatar
Website media INFOMURNI merupakan website resmi yang berbadan hukum, Berisikan berbagai informasi untuk publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.