Langgar Zona Udara Taiwan, Tiongkok Beri Pesan ke AS Lewat Jet Tempur

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Puluhan pesawat militer Tiongkok melintasi langit Taiwan Selasa (15/6). Beberapa di antaranya adalah jet tempur, pesawat antikapal selam, dan pesawat pengebom yang bisa membawa senjata nuklir.

Mereka memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Total ada 28 pesawat. Itu lebih tinggi dari manuver 12 April lalu yang mencapai 25 pesawat.

CNN mengungkapkan bahwa tindakan provokatif itu dilakukan sehari setelah NATO menyatakan bahwa Tiongkok meningkatkan ancaman militernya secara agresif dan mengancam aturan internasional. Sebelumnya, kelompok G7 juga mendesak perdamaian di Selat Taiwan. Alih-alih mencari cara untuk berkompromi, Tiongkok malah unjuk kuasa.

Salah satu pejabat Taiwan menyatakan bahwa dirinya yakin tindakan Tiongkok itu adalah pesan untuk Amerika Serikat. Kapal induk milik AS, USS Ronald Reagan, tengah berlayar melalui Selat Bashi, yang memisahkan Taiwan dan Filipina, menuju Laut China Selatan. Tiongkok mengklaim penuh seluruh Taiwan sebagai wilayahnya dan sebagian besar wilayah kaya minyak di Laut China Selatan.

Juru Bicara Kantor Urusan Taiwan Ma Xiaoguang, Rabu (16/6) menegaskan bahwa langkah tersebut dilakukan karena ulah Taipei sendiri. Sejak Tsai Ing-wen menjadi presiden Taiwan pada 2016, Beijing menuding ada upaya dialog dengan negara-negara asing agar bisa merdeka. Selama ini, hanya beberapa negara yang mengakui kemerdekaan Taiwan.

’’Kami tidak akan pernah menoleransi upaya untuk mencari kemerdekaan atau intervensi serampangan dalam masalah Taiwan oleh kekuatan asing. Jadi, kami harus merespons tegas terhadap tindakan kolusi ini,’’ ujar Ma.

Pakar pertahanan Tiongkok di International Institute for Strategic Studies Meia Nouwens mengungkapkan bahwa penerbangan pesawat itu berbeda dari sebelumnya. Yaitu, mulai dari konfigurasi hingga rutenya. Jadi, ada kemungkinan mereka tengah mengasah kemampuan yang waktunya sengaja diselaraskan untuk memberi sinyal politik.

Tiongkok benar-benar ingin menekan Taiwan sampai ia menurut. Kemarin Makau menutup kantor delegasi budaya dan ekonomi mereka di Taiwan. Penutupan dilakukan mulai 19 Juni. Hongkong melakukannya lebih dulu sebulan yang lalu karena Taipei mendukung aktivis prodemokrasi.

Makau tidak memberikan alasan terkait penutupan tersebut. ’’Departemen perjalanan Makau menyiapkan hotline 24 jam untuk membantu penduduk kami yang tinggal di Taiwan,’’ bunyi pernyataan Pemerintah Daerah Administratif Khusus Makau di Tiongkok seperti dikutip Taiwan News. Sambungan telepon itu juga akan memberikan informasi tentang Makau kepada warga Taiwan.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (16/6) menggelar pertemuan di Villa La Grange, Jenewa, Swiss. Rencananya, pertemuan tersebut digelar selama lima jam. Hingga tadi malam, pertemuan masih berlangsung.

Ekspektasi hasil pertemuan tersebut tidak terlalu tinggi. Sebab, saat ini hubungan kedua negara sedang di titik terendah. Beberapa topik yang bisa membuat suasana memanas, antara lain, serangan siber Rusia, peran Negeri Beruang Merah itu di Ukraina, dan penahanan Alexei Navalny.

Selama ini Navalny dikenal sebagai tokoh oposisi yang getol mengkritik Putin. Di lain pihak, Putin meyakini bahwa dua negara bisa bekerja sama di bidang kontrol senjata nuklir, konflik di Syria dan Libya, serta perubahan iklim. Kedua pihak ditemani para pejabat senior. Pertemuan di Jenewa itu mengingatkan kembali pada KTT Perang Dingin antara Presiden AS Ronald Reagan dan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 1985.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.