Libur Panjang Pengaruhi Pengoperasian Lab Uji Sampel Covid-19

oleh
oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Lonjakan kasus Covid-19 diprediksi terjadi dalam beberapa hari ke depan efek mobilitas masyarakat saat Lebaran. Indonesia juga berada dalam masa kritis ancaman gelombang ketiga. Namun, jumlah testing yang dilakukan justru turun meski saat ini Indonesia memiliki 792 laboratorium untuk meneliti sampel tes Covid-19.

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Brigjen TNI (pur) dr Alexander K. Ginting menyebutkan, banyak variabel yang memengaruhi penurunan tes PCR. Banyak pula faktor yang memengaruhi pengoperasian lab seperti long weekend dan hari libur nasional. ”Bisa juga karena laporan dari daerah berbeda-beda karena cutoff time yang berbeda, entry time unit, koneksi internet, cleansing time, dan sebagainya,” jelas Ginting.

Dia menyatakan, rumpun testing antigen dan PCR berbeda. Saat ini jumlah tes antigen terus meningkat meski banyak laporan yang belum komprehensif. Ginting menuturkan bahwa pihaknya terus mendorong lab-lab di daerah selalu mengoptimalkan pelaporan testing. ”Selalu diingatkan dalam rakor agar 3T terus ditingkatkan,” katanya.

Menurut Elina Tjiptadi, co-founder kawalcovid19.id, dalam dua bulan terakhir, tes PCR mengalami penurunan setelah dimasukkannya tes antigen sebagai suplemen dari tes harian Covid-19 di Indonesia. ”Data antigen mulai dimasukkan akhir Februari. Setelah itu, jumlah tes PCR mengalami penurunan,” ujarnya kemarin (26/5).

Sejak akhir Januari hingga awal Februari, kata dia, ada 40 ribuan tes PCR per hari. Namun, beberapa hari terakhir, total tes di Indonesia berkisar 30–50 ribu tes per hari. Itu pun sudah termasuk dengan tes antigen.

Elina menjelaskan, kawalcovid19.id melihat memang ada tren penurunan tes PCR setelah antigen digunakan. Padahal, mereka yang hasil tes antigennya negatif justru harus dikonfirmasi dengan tes PCR untuk memastikan bahwa hasil tersebut bukan false negative. ”Jadi, semestinya banyaknya tes antigen negatif itu membuat tes PCR naik,” tuturnya.

Dia menuturkan, jika alat tes PCR susah didapatkan di daerah tersebut, mereka yang hasil antigennya negatif bisa dites ulang dengan antigen lagi beberapa hari kemudian. Namun, tetap saja jangkauan tes PCR harus diperluas. Terutama di daerah-daerah yang sulit. ”Padahal, semestinya antigen menambah kapasitas tes di tempat-tempat yang sulit PCR. Bukan menggantikan kapasitas PCR yang sudah ada,” jelasnya.

Penurunan angka testing Covid-19 mendapat respons dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menuturkan bahwa pihaknya akan mengingatkan dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Pihaknya bakal melibatkan satgas penanganan Covid-19 pusat maupun daerah.

Baca juga: Lonjakan Covid-19: Keterisian RS-kasus Aktif Naik, Kesembuhan Turun

Dia menegaskan, pusat tidak bisa berbuat banyak. Sebab, kondisi di lapangan lebih diketahui pemerintah daerah (pemda). ”Kewajiban penanggulangan pandemi ada di satgas daerah, yaitu pemda provinsi dan kabupaten atau kota,” katanya ketika dihubungi Jawa Pos.

Pemda, menurut Nadia, yang mengetahui kebutuhannya. Namun, pusat bisa memantau dari positivity rate sehingga dapat diketahui testing perlu ditambah atau tidak. ”Kalau positivity rate tinggi, testing perlu ditambah,” ujarnya.

Dari sisi jumlah alat tes, Nadia menjamin kebutuhannya. Bahkan, jika ada daerah yang mengusulkannya, Kemenkes akan mendistribusikan alat tes. ”Anggaran daerah pun dapat digunakan untuk penyediaan alat, bahkan rapid antigen,” ujarnya.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tentang Penulis: Redaksi

Pimprus
Website media INFOMURNI merupakan website resmi yang berbadan hukum, Berisikan berbagai informasi untuk publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.