Masak, Panggilan Video, dan Nonton Film

oleh

[ad_1]

Obat Kangen Asnawi Mangkualam Melewatkan Puasa dan Lebaran Jauh dari Keluarga

Tiap kali kangen keluarga, Asnawi Mangkualam berusaha mengingat apa yang membuatnya merumput di Korea Selatan. Mulai banyak yang meminta foto bersama atau tanda tangan.

RIZKY AHMAD FAUZI, Jakarta, Jawa Pos

RAMADAN dan Lebaran tahun ini menghadirkan pengalaman baru bagi Asnawi Mangkualam. Ini kali pertama pemain klub liga kasta kedua Korea Selatan, K-League 2, Ansan Greeners, itu berpuasa dan berlebaran sendiri di negeri orang.

Mantan pemain PSM Makassar itu memang sudah beberapa kali berpuasa di luar negeri saat bersama timnas. Tapi, karena mayoritas personel timnas juga berpuasa, Asnawi tak merasa sedang berada di negeri asing.

Kini situasinya berbeda. Sekarang dia juga harus melakoni pertandingan liga dalam kondisi berpuasa. Karena itu, puasanya tahun ini kurang mulus.

Putra legenda PSM Bahar Muharram tersebut mengaku terpaksa tidak berpuasa jika ada pertandingan. Selama Ramadan, dia sudah memainkan tiga pertandingan.

Masing-masing melawan Bucheon 1995 (17/4), Daejeon Hana Citizen (24/4), dan Seoul E-Land (2/5). Artinya, Asnawi sudah bolong tiga kali tahun ini. ”Tapi, kalau latihan saja, saya pasti puasa,” ujarnya ketika dihubungi Jawa Pos belum lama ini.

Asnawi memilih tidak berpuasa karena bertekad untuk mengerahkan kemampuan terbaiknya saat pertandingan. Sebab, menurut dia, kualitas tim-tim di K-League 2 cukup merata dan dibutuhkan fisik yang ekstra untuk meraih kemenangan. ”Liganya lumayan jauh berbeda dengan Indonesia. Di sini diutamakan stamina dan mental harus kuat karena kompetisinya sangat ketat,” ucapnya.

Hampir semua tim disebut memiliki kualitas yang sama. Jadi, tidak ada istilah papan atas atau papan bawah. ”Paling di pertandingan tuh menang 1-0. Jarang ada yang menang 3-0,” katanya.

Selain momen puasa, ada hal yang tidak bisa dirasakannya saat berada di Korea. Salah satunya kesempatan ngabuburit menjelang berbuka. Jika di Indonesia biasanya bisa berkunjung atau sekadar jalan-jalan untuk mencari menu berbuka, itu tidak bisa dilakukannya sekarang.

Asnawi hanya bisa berdiam diri di kamar untuk menunggu berbuka sambil nonton film. Tapi, bukan drama Korea yang tersohor di mana-mana itu yang ditontonnya. Melainkan film-film bergenre action-sport seperti Point Break yang menampilkan aksi agen FBI yang menyamar sebagai atlet.

Pandemi Covid-19 menjadi kendalanya sehingga tak bisa leluasa pergi keliling kota. Kendati demikian, pemain berusia 21 tahun itu sudah mengantisipasi situasi tersebut. Sebelum berangkat ke Korsel, mental menjadi hal utama yang disiapkannya untuk berkarier di luar negeri. ”Memang yang ditakutkan kangen keluarga. Kangen masakan Indonesia juga,” ungkapnya.

Soal makanan, Asnawi otomatis memang harus membiasakan lidahnya dengan cita rasa makanan khas Korea. Padahal, dia dibesarkan dalam asuhan coto makassar. ”Di sini (Korea, Red) juga ada coto, tapi rasanya tak sama,” ungkapnya, lalu tertawa.

Selain mendapat makanan dari klub setiap siang dan malam, Asnawi juga kerap masak sendiri. Itu juga menjadi semacam obat kangen.

Asnawi sebetulnya menjadi pemain yang dipanggil pelatih timnas Shin Tae-yong untuk menjalani training camp (TC) skuad garuda sejak 1 Mei. Namun, lantaran berkutat dengan cedera dan kompetisi masih berjalan, dia belum bisa bergabung dengan tim yang saat ini berlatih di Stadion Madya, Jakarta. Asnawi baru menyusul ketika tim melanjutkan TC di Dubai, Uni Emirat Arab.

Karena itu, dia dipastikan merayakan momen Idul Fitri di Korea. Asnawi kembali tidak bisa merayakan salat Id di tempat ramai. Dia menyebutkan, untuk salat, tidak ada masalah dari klub.

Namun, situasi saat ini tidak memungkinkan bagi dia untuk berkerumun karena harus menanggung risiko sendiri jika terpapar Covid-19. ”Di sini ketat. Kalau ada apa-apa, karantina lagi. Makanya, paling (salat) di rumah,” ujarnya.

Mengenai Lebaran jauh dari keluarga, pemain yang biasa bermain sebagai bek kanan atau gelandang bertahan yang merayakan ulang tahun setiap 4 Oktober itu mengaku sedih. ”Paling Lebaran video call (panggilan video) ngobrol sama keluarga. Hampir setiap hari juga berhubungan,” ucapnya.

Setiap kali kangen keluarga, Asnawi ingat akan misinya ke Korea. Dia tidak ingin perasaan kangen mengalahkan mimpinya untuk terus berkarier di luar negeri. Karier Asnawi memang terus meningkat dengan masuk best IX pekan ke-8 K-League 2 dan terpilih sebagai pemain terbaik April K-League 2. Namun, dia belum puas karena kemenangan tersebut dianggap berkat vote warganet Indonesia.

Banyak juga yang masih meragukan kualitas Asnawi. Dengan menyebut bahwa dia bisa bermain di Korsel lantaran bisnis. Namun, dia tidak marah akan anggapan tersebut dan memilih untuk terus bekerja keras.

Kini dia ingin terus membuktikan kualitasnya untuk bisa membawa tim promosi ke K-League 1 meski saat ini tim tersebut berada di peringkat keenam klasemen. ”Tapi, memang butuh kerja keras. Harus selalu fight,” sebutnya.

Baca juga: Satu Lagi Pemain Indonesia Bakal Merumput di Korea Selatan

Tujuan Asnawi untuk terus bermain di luar sederhana. ”Saya ingin Indonesia lebih dikenal,” ujarnya.

Selama ini, dia merasa pesepak bola tanah air kurang mendapat perhatian dari negara lain. Padahal, kualitasnya cukup mumpuni untuk bersaing. Karena itu, di beberapa musim terakhir ini, dia senang dengan banyaknya pemain Indonesia yang merumput di luar negeri.

Dia pun rela mendapat bayaran yang lebih kecil ketimbang saat bermain di PSM. Sebab, dia menilai gaji bukanlah yang utama. ”Paling penting impian saya dan ke depan harus kerja keras untuk dapat kontrak lebih bagus,” ucapnya.

Salah satu buah kerja kerasnya, di kota tempat klubnya berbasis, dia mulai banyak dikenal. Tolok ukurnya sederhana. Sudah ada yang meminta foto dan tanda tangan. ”Ke barbershop juga ada yang kenal,” katanya malu-malu.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.