[ad_1]
Rasa nyeri saat haid tak bisa sepenuhnya dianggap enteng. Pada beberapa kasus, rasa nyeri tersebut mengganggu kegiatan sehari-hari. Apalagi jika durasi rasa nyeri makin panjang atau terjadi selain saat haid.
—
RASA nyeri di bagian perut bawah perlu dikenali lebih lanjut. Terjadi saat apa? Seusai makan atau melakukan kegiatan lain? Hal tersebut membantu diagnosis dokter. Endometriosis ditandai dengan rasa nyeri pada bagian tersebut. ”Rasa nyerinya bisa saat haid, saat berhubungan seksual, atau malah terjadi di luar waktu keduanya,” ucap dr Salmon Charles Pardomuan Tua Siahaan SpOG. Pada beberapa kasus, rasa nyeri juga dirasakan saat buang air kecil maupun besar.
Sebelum menstruasi, lapisan endometrium pada rahim secara alami menebal. Fungsinya, menjadi lokasi sel telur menempel saat pembuahan terjadi. Pada kasus endometriosis, penebalan tak terjadi di endometrium dalam rahim. Penebalan justru terjadi di luar. Lokasinya cukup beragam. Bisa di dinding luar rahim, tuba falopi, ovarium atau indung telur, hingga vagina. ”Hal ini yang menentukan di mana titik nyerinya,” ucap Charles.
Gejala paling dominan endometriosis adalah nyeri haid dan timbulnya kista. Keduanya bisa terjadi bersamaan atau hanya salah satu. Nyeri haid yang dirasakan bisa sangat mengganggu. Perempuan dengan kondisi tersebut kesulitan untuk melanjutkan kegiatan. Terbatas hingga hanya bisa meringkuk, bahkan pingsan. Charles mengatakan, pemeriksaan dini dan rutin wajib dilakukan. ”Kapan endometriosis bisa terjadi? Sejak memasuki usia produktif atau mulai haid, itu risiko sudah muncul,” sambungnya.
Untuk diagnosis yang lebih jelas, USG saja tidak cukup. Pemeriksaan dengan laparoskopi memberikan gambaran lebih jelas tentang lokasi, ukuran, hingga stadium endometriosis yang diderita. Laparoskopi dilakukan dengan memasukkan kamera kecil ke dalam kandungan. ”Tidak perlu persiapan apa-apa, hanya dilakukan saat tidak menstruasi,” jelasnya.
Penanganan dilakukan berdasar kondisi endometriosis. Paling ringan, penanganan terapi dengan obat nyeri supaya tak mengganggu aktivitas. Terapi hormonal juga bisa dilakukan untuk menangani nyeri. ”Terapi hormonal ini bisa membantu endometriosis tidak makin berkembang,” sambungnya.
Jika kondisinya sudah sangat mengganggu, upaya operasi pengambilan bisa dilakukan. Namun, semua bergantung pada kondisi pasien dan reaksinya pada terapi-terapi sebelumnya. Charles menuturkan, penanganan pada satu perempuan dengan perempuan lain bisa berbeda.
Baca Juga: RS Lapangan Tembak Surabaya Masih Kekurangan Dokter dan Perawat
Dia menekankan, deteksi dini jelas membantu penanganan. Terapi hormonal tanpa operasi pada kasus stadium ringan akan membantu pasien dan menekan risiko yang lebih besar.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!