Meningkatkan Empati dalam Hubungan Dokter dan Pasien

oleh

[ad_1]

JawaPos.com-Pada suatu titik, dokter bisa saja menjadi seorang robot. Saat menangani banyak pasien, dokter seakan tidak memiliki waktu untuk mendengarkan keluh kesan pasiennya.

“Berbicara dengan satu pasien mungkin tidak sampai lima menit. Asal menulis resep, sudah selesai. Akhirnya, banyak kasus miskomunikasi dan gangguan dalam hubungan antara dokter dan pasien,” begitu kata Dr dr Citrawati Dyah Kencono Wungu, Msi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

Citrawati menyampaikan pandangannya dalam bedah buku Concised Comprehensive Study in Humanistic Medicine yang ditulis Prof dr Hanafi Muljohardjono, Sp.S, Sp.KJ(K). Bedah buku yang dilakukan secara virtual tersebut diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Surabaya (20/3).

Menurut Citrawati, buku yang diterbitkan Airlangga University Press pada 2017 tersebut adalah buku yang berbobot. Sebab selain menyinggung masalah kedokteran, Hanafi juga memasukkan unsur-unsur filosofis dan aspek spiritual yang sangat kental. Hanafi misalnya, memasukkan teori-teori yang dikembangkan oleh pengarang buku terkenal Sejarah Tuhan, Karen Armstrong.

“Buku bisa sebagai pengingat, bahwa dokter, termasuk dokter umum seharusnya mempelajari humanistic medicine,” kata Citrawati. “Misalnya bagaimana kita berempati kepada ibu hamil, lalu melakukan dukungan psikologi kepada pasien. Juga bagaimana kita menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Buku ini, saya kira bisa membantu dokter untuk lebih memahami terkait masalah empati itu,” ucap Citrawati.

“Buku ini ditulis dalam Bahasa Inggris, jadi bisa dipakai mahasiswa kelas internasional. Cocok sekali diterapkan dalam perkembangan terkini,” tambahnya.

Panelis lain dalam bedah buku virtual ini adalah pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, Surabaya Muhammad Adib. Dia menjelaskan, buku tersebut dibagi dalam lima bab yang runtut dan memiliki 107 halaman.

Menurut Adib buku tersebut dilengkapi dengan studi literatur yang baik. “Hampir 100 persen didukung referensi yang memadai. Dalam buku Prof Hanafi ini, bisa kita lihat bahwa manusia ditempatkan dan diperlakukan sebagai subjek bukan sebagai objek,” kata Adib.

Hanafi sendiri mengatakan bahwa berbagai perilaku yang berhubungan dengan masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks. “Semua begitu tergantung pada kasusnya,” kata Hanafi yang merupakan Guru Besar Emiritus Psikiatri Fakultas Kedokteran Unair tersebut.

Panelis lain dalam bedah buku ini adalah Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Prof Dr dr Rika Subarniati SK.M. Acara ini, dibuka oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya dr H.M. Jusuf Wibisono, Sp.P(K), FCCP, FIRS.

“Jadi hubungan dokter, nakes, dan klien itu sangat penting. Baik secara individual maupun di dalam keluarga. Seseorang mau sakit dan sehat, sebetulnya tergantung dirinya sendiri. Bukan kepada lingkungannya,” kata Rika.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!