[ad_1]
JawaPos.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyampaikan bahwa kasus intoleransi masih ditemui di dunia pendidikan Indonesia. Hal ini pun menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan Tanah Air.
“Kami menyadari bahwa praktik intoleransi masih ada di dunia pendidikan kita dan menjadi salah satu penyebab terjadinya perundungan atau bullying di lingkungan sekolah,” terang dia dalam acara Convey Day 2021: Berbeda Tetap Bersama secara daring, Jumat (5/3).
Padahal, kata dia, kebersamaan dalam perbedaan merupakan dasar dari kelahiran bangsa Indonesia. Hal ini juga tertuang dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Oleh karena itu, kata dia, sudah sepantasnya masyarakat untuk bersama-sama terus menyalakan semangat toleransi dan gotong-royong antarumat beragama, suku, ras dan golongan.
Selain itu, menjadikan sekolah sebagai ruang dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar ini juga merupakan gagasan dasar dari program Merdeka Belajar. Salah satu bentuknya adalah dengan menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri terkait penggunaan seragam dan atribut keagamaan di lingkungan sekolah.
“Salah satu yang baru saja kami upayakan adalah mendorong sekolah dan pemerintah daerah agar memberikan hak penuh kepada siswa dan orang tua terkait penggunaan seragam atribut agama,” ujarnya.
Dengan begitu, harapannya pemaksaan dan pembatasan hak di lingkungan sekolah tidak akan terjadi lagi. Tenggang rasa diantara sesama siswa ataupun antara guru dan siswa pun bisa semakin kuat.
Ia pun mengajak warga pendidikan terus menyalakan obor toleransi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Diharapkan bangsa ini dapat menjunjung tinggi nilai toleransi dan saling menghargai satu sama lain dan mencintai perbedaan.
“Mari kita terus meyakini bahwa kita memang berbeda, tapi kita tetap bersama,” pungkasnya.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!