Pacu RnD, Biofarma Diharapkan Bisa Selevel Sinovac dan AstraZeneca

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Generasi bangsa Indonesia saat ini tengah mengembangkan Vaksin Covid-19 Merah Putih. Di mana perusahaan farmasi asal Indonesia, Bio Farma akan ambil andil dalam pendistribusiannya.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro pun mengharapkan Bio Farma memiliki kemampuan yang sama dengan perusahaan farmasi luar negeri, yakni mampu memproduksi vaksin.

“Saya juga ingin Bio Farma punya nama sebesar Sinovac, Bio Farma punya nama sebesar AstraZeneca,” ujar dia dalam Peringatan 1 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia: Inovasi Indonesia untuk Indonesia Pulih, Bangkit dan Maju secara daring, Selasa (2/3).

Sinovac Biotech Ltd. adalah sebuah perusahaan biofarmasi yang berfokus pada riset, pengembangan, pembuatan dan komersialisasi vaksin-vaksin yang mencegah penyakit menular manusia. Perusahaan tersebut bermarkas di Beijing, Tiongkok. Sementara AstraZeneca plc adalah sebuah perusahaan farmasi dan biofarmasi multinasional yang berkantor pusat di Cambridge, Inggris.

Oleh karena itu, pihaknya akan terus mendorong research and development (RnD) untuk terus dikembangkan. Fokusnya dalam teknologi kesehatan. “Khususnya memahami berbagai macam platfom di dalam pengembangan vaksin,” imbuhnya.

Begitu juga dengan pengembangan vaksin yang terintegrasi antara hulu dan hilir. Yang dimaksud adalah adanya kerja sama dari para peneliti dengan industri yang akan bertugas sebagai produsen dan pemasar.

Apalagi, kata dia, proses hilirisasi itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Sebab, terdapat proses dan membutuhkan waktu untuk dapat menjalankannya.

“Itu proses yang harus dipelajari dan ada experiencenya. Karena tidak bisa ujug-ujug kita ketika dapat bibit vaksin, langsung kirim ke pabrik langsung jadi,” ucapnya.

Pembelajaran yang terfokus pada penelitian dan pengembangan pun diharapkan agar Indonesia bisa mandiri dalam pengadaan produk kesehatan. Begitu juga untuk dapat diproduksi sebanyak-banyaknya dan didistribusikan.

“Jadi ada learning proses yang harus kita lalui tapi lebih baik kita bersusah sekarang, tapi ke depannya kita bisa lebih mandiri dalam pengembangan vaksin,” tutup Bambang.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.