Pengalaman Letda Aprillia Winda Bertugas di RSDC Wisma Atlet Jakarta

oleh

[ad_1]

Tugas utamanya apoteker. Namun, Letda Laut Aprillia Winda Rahmawati juga dituntut siap menjalani berbagai tugas atas nama Indonesia. Termasuk menyiapkan acara pernikahan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet Jakarta.

WAHYU ZANUAR BUSTOMI, Jawa Pos

TIDAK ada kata menolak tugas di benak Aprillia Winda Rahmawati. Kapan pun harus siap, 24 jam nonstop. Jiwa korsanya mengalahkan semua, temasuk kepentingan pribadi.

Misalnya, yang terjadi pada awal tahun lalu. Kesempatannya cuti pasca pendidikan perwira karir di TNI-Angkatan Laut, Surabaya, terpaksa batal. Wabah Covid-19 menjadi penyebabnya.

Pertemuan dengan keluarga pun tertunda. Jadwal pendidikan harus dipercepat. Dari lima bulan menjadi 4,5 bulan. Mengingat, negara membutuhkan jasanya. Perempuan kelahiran Sidoarjo itu harus berangkat. Kebetulan dia ditempatkan di RSD Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta. Tepatnya, saat virus itu mulai masuk ke Indonesia, Maret 2020. ’’Saya berharap sebagai prajurit bisa mengembangkan apa saja yang didapat saat kuliah,’’ ungkapnya.

Sesuai profesinya, alumnus Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya) itu bertugas di farmasi klinis untuk pasien dan tenaga kesehatan (nakes). Sebagai seorang perwira, dia juga membawahkan sekitar 200 anggota. Termasuk kalangan relawan. Waktu bekerja dibagi tiga sif. Meski begitu, hal itu tak berlaku bagi dirinya.

Sebagai seorang prajurit, dia dituntut selalu siap. Setiap saat. Dengan kata lain, 24 jam nonstop harus siap jika ada perintah. Begitu pun tugas dan misi yang harus dikerjakan. ’’Apa pun itu harus siap, termasuk tugas di luar bidang farmasi,’’ katanya Kamis malam (26/2).

Hal itulah yang membuat Aprillia semakin tertantang. Termasuk tugas yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan harus diembannya. Tepatnya sebulan lalu. Yakni, menjadi perias dan mengurusi acara pernikahan pasien Covid-19.

Dia berkisah, saat itu terdapat pasangan pengantin yang positif Covid-19. Seminggu sebelum akad nikah yang sudah dijadwalkan, pasangan pengantin itu mengalami gejala Covid-19. Tiga hari menjelang hari H, keduanya menjalani tes polymerase chain reaction (PCR). Hasilnya, calon pengantin perempuan positif. Sedangkan pasangannya negatif.

Hari menuju akad sudah mepet. Tidak bisa ditunda. Artinya, momen bahagia itu harus dilaksanakan. Bagaimanapun caranya. Salah satu opsinya melalui virtual. Awalnya, Aprillia hanya berpikir akad dilakukan melalui video call di aplikasi WhatsApp. Tapi, ternyata tidak. Sebab, akad tersebut dihadiri Koordinator Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet Mayjen TNI Dr dr Tugas Ratmono.

Tak urung, Aprillia all-out melakukan persiapan. Terlebih dia adalah seorang perempuan. Tentunya, momen sakral tersebut menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidup.

Karena waktu yang mepet, dia akhirnya mencari dekor ruangan. ’’Kebetulan saya perempuan, jadi yang ditugasi untuk persiapan semua ya saya,’’ ucapnya.

Lokasi akad menggunakan kamar pasien. Pasangan laki-laki berada di Kantor Urusan Agama (KUA). Dengan disaksikan saudara serta koordinator RSD Covid-19 Wisma Atlet, mereka pun menikah. Akad dilakukan secara virtual.

Selain membantu dekorasi ruangan, perempuan yang April mendatang genap 27 tahun itu juga merias pengantin. Meski masih melajang, Aprillia tidak mau sembarangan. Semuanya harus dilakukan maksimal. Terlebih itu momen langka. Begitu pula yang dirasakan pasien. Pastinya menjadi kenangan seumur hidupnya.

Tak hanya acara itu, berbagai tugas lain juga menjadi tanggung jawabnya. Salah satunya menjadi koordinator event lomba di Wisma Atlet. Beragam lomba. Mulai olahraga hingga membuat konten media sosial.

Cara tersebut sengaja dilakukan agar imunitas pasien semakin kuat. Termasuk menghindari kebosanan saat isolasi. Nah, tugas seperti itulah yang terkadang justru sedikit susah. Sebab, dia harus mengatur banyak orang. Banyak yang berasal dari kalangan sipil. ’’Ya harus sabar. Kalau militer kan satu komando,’’ ucapnya.

Baca Juga: Ayah Berjuang agar Anak dari Pernikahan Siri Dapat Warisan, Berhasil

Selanjutnya, tugas besar juga berada di depan matanya. Yakni, membuat acara peringatan satu tahun perjuangan Wisma Atlet melawan Covid-19. Tepatnya pada 23 Maret mendatang. Rencananya, dibuat pemecahan rekor untuk Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri). Yakni, memainkan musik angklung dengan peserta tiga ribu orang. Semuanya dilakukan pasien. Nakes dan petugas menyanyikan lagu Gugur Bunga gubahan Ismail Marzuki.

Lagu tersebut dipilih sebagai wujud penghormatan atas gugurnya para nakes dan relawan Covid-19.

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs idntimes.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *