Pengungkap Skandal Parlemen Australia Dirawat, Alami Tekanan Psikis

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Brittany Higgins harus dirawat di rumah sakit. Bukan fisiknya yang bermasalah, melainkan kejiwaannya. Korban pemerkosaan di gedung parlemen Australia itu mengalami tekanan mental. Higgins dilarikan ke rumah sakit pada Kamis malam (3/6).

”Kondisi Higgins membaik dan dia mendapatkan bantuan (medis) yang dibutuhkan setelah berbulan-bulan mengalami tekanan politik berkelanjutan,” ujar kekasihnya, David Sharaz, seperti dikutip The Guardian.

Beberapa bulan terakhir, media tak henti-hentinya memberitakan insiden yang membuatnya trauma tersebut. Penyelidikan pun dilakukan. Baik itu oleh Kepolisian Federal Australia (AFP) maupun internal parlemen. Insiden tersebut memicu aksi kampanye #MeToo di penjuru Australia.

Keberanian Higgins untuk berbicara telah menguak skandal pelecehan di parlemen Australia. Higgins ternyata bukan satu-satunya korban. Hasil pemeriksaan yang dilakukan Departemen Perdana Menteri dan Wakil Menteri Kabinet Stephanie Foster menunjukkan data yang mengejutkan. Sejak Juli 2017, ada 76 komplain yang diajukan ke Departemen Keuangan. Di Australia, Departemen Keuangan bertanggung jawab untuk mempekerjakan staf di gedung parlemen.

Sebanyak 5 di antara aduan itu adalah pelecehan seksual dan 38 komplain tentang perilaku anggota parlemen. Sebanyak 19 laporan akhirnya direspons tindakan formal, 7 di antaranya dilakukan penyelidikan eksternal. Sisanya tidak diungkap.

Foster membuat beberapa rekomendasi untuk memperbaiki cara penanganan keluhan staf parlemen. Sebab, prosedur pengaduan yang ada saat ini tidak dirancang untuk menanggapi dengan tepat, terutama yang berkaitan dengan kekerasan seksual.

”Perilaku tidak terpuji, baik yang dilakukan oleh anggota parlemen maupun staf, telah merugikan semua orang, melemahkan legitimasi dan otoritas parlemen, serta kemampuannya untuk menarik dan mempertahankan staf berkualitas tinggi,” bunyi penggalan laporan tersebut seperti dikutip SBS Jumat (4/6).

Insiden Higgins dan terkuaknya berbagai fakta yang ada merupakan momentum bagi parlemen untuk mengubah cara menyeimbangkan lingkungan politiknya. Harapannya, ia bisa menyediakan tempat kerja yang aman dan terhormat.

Kasus pemerkosaan Higgins terjadi pada 22 Maret 2019. Saat itu Higgins bekerja sebagai staf di kantor Menteri Industri Pertahanan Linda Reynolds. Malam itu, ada acara minum-minum dengan teman kerja. Higgins mabuk dan salah seorang rekannya yang lebih senior menawarkan diri untuk mengantar pulang. Alih-alih diantar pulang, dia malah dibawa ke gedung parlemen.

Dalam kondisi setengah sadar dan tak berdaya, Higgins diperkosa di sofa kantor Reynolds. Higgins ditinggalkan begitu saja di kantor tersebut. Dia ditemukan keesokannya oleh staf keamanan dalam kondisi tidak sadarkan diri. Petugas melaporkan kejadian itu ke Departemen Keuangan. Malamnya kantor Reynolds dibersihkan dengan alasan pembersihan rutin. Bukti-bukti adanya pemerkosaan lenyap.

Higgins sempat dipanggil dan dituduh melanggar keamanan karena masuk ke kantor tengah malam. Dia mendatangi polisi untuk melaporkan adanya pembersihan bukti-bukti. Namun, itu dianggap tidak melanggar karena sebelumnya tidak ada laporan pemerkosaan. Dia akhirnya melaporkan kasusnya ke kantor polisi Belconnen, tapi polisi kesulitan untuk mendapatkan rekaman CCTV di lokasi.

Higgins sempat diteror bahwa kariernya akan tamat. Dia lalu mencabut laporannya dan ditugaskan di kementerian yang berbeda. Kasus tersebut bocor dan menjadi konsumsi media. Higgins akhirnya mengungkap semua kisahnya kepada News.com dan The Project pada 15 Februari lalu. Jabatan Reynolds diturunkan. Sementara itu, PM Scott Morrison baru diberi informasi Februari tahun ini. Penyelidikan dimulai dan Morrison meminta maaf kepada publik.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *