[ad_1]
JawaPos.com – Salah satu pengajian online yang pertama muncul adalah Ngaji Ihya. Pengisinya adalah Ulil Abshar Abdalla. Berbeda dengan pendakwah yang menggunakan fasilitas live YouTube, Ngaji Ihya disiarkan melalui media sosial Facebook (FB).
Kemunculan Ngaji Ihya berawal dari kerinduan Gus Ulil dengan suasana ngaji di pesantren. Beberapa hari menjelang Ramadan pada 2017, tiba-tiba dia mengajak istrinya, Ienas Tsuroiya, untuk menyimak kitab Ihya Ulumuddin. ”Mas Ulil kangen ngaji. Dia baca, saya nyimak. Bayangan saya ya one-on-one,” tutur Ienas.
Namun, cara itu dirasa sangat terbatas. Minim interaksi. Lalu, tebersit untuk melakukan semacam live streaming. Kebetulan, saat itu sedang awal-awal ada fitur live di FB. Gus Ulil dan Ienas pun sepakat melakukan siaran langsung. ”Bismillah, kami coba. Spontan saja,” katanya. Siaran perdana dilakukan pada 2 Ramadan. Ienas menjadi admin yang kemudian menjadi nickname-nya, yakni Mbak Admin.
Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan Gus Ulil dan Ienas. Peranti untuk live FB pun seadanya. Hanya bermodal gadget dan tripod. Tidak heran, kejadian-kejadian lucu mereka alami di awal-awal siaran Ngaji Ihya. Misalnya, saat siaran, tiba-tiba penyangga handphone lepas.
Di luar dugaan, Ngaji Ihya mendapat respons yang bagus dari teman-teman yang berjejaring di FB. Mereka antusias mengikuti pengajian online tersebut. Setelah Ramadan, mereka tidak mau pisah. Hal itu menjadi motivasi tersendiri bagi Gus Ulil dan Ienas. Program Ngaji Ihya pun berlanjut hingga sekarang.
Dari edisi ke edisi, Ngaji Ihya pun semakin siap dalam melakukan siaran. ”Sampai sekarang, more or less masih sama. Cuma, tidak ada insiden seperti di awal-awal,” kata Ienas, lantas tertawa.
Putri KH Mustofa Bisri atau Gus Mus itu menjelaskan alasannya memilih platform FB untuk melakukan pengajian online. Mereka berpandangan, hubungan di situs jejaring pertemanan itu lebih intim sehingga memberikan kenyamanan tersendiri. Audiensnya juga jelas. Nah, setelah live FB selesai, baru Ienas mengunduh, lalu mengunggah ke YouTube.
Ienas mengakui memang ada yang menyarankan untuk membuat channel di YouTube. Sebab, dengan live di FB, lalu di-upload ke YouTube, berarti proses kerjanya dua kali. ”Memang pindo gawe (kerja dua kali, Red), tapi kami lebih suka di Facebook, lebih nyaman,” tutur Mbak Admin.
Lantaran menggunakan sarana medsos, Ienas mengaku tidak jarang mendapat komentar-komentar yang bernada nyinyir. Biasanya terkait dengan pandangan yang tidak pas terhadap sosok Gus Ulil. Namun, seiring berjalannya waktu, Ienas justru kaget saat banyak pesan melalui inbox yang masuk yang berisi permintaan maaf.
Dari edisi ke edisi pula peserta Ngaji Ihya semakin banyak. Tidak hanya dari kalangan santri di tanah air, tapi ada juga yang menyimak dari luar negeri. Sebut saja Eropa, Amerika, dan Timur Tengah. Latar belakangnya pun beragam. Bahkan, ungkap Ienas, ada nonmuslim yang mengikuti Ngaji Ihya. Bahasan-bahasan soal bagaimana mengelola hati, menghindari gibah, adalah beberapa yang menarik mereka.
Pengajian online kitab Ihya Ulumuddin yang ditulis Imam Ghazali memang terbilang serius. Namun, Gus Ulil membawakannya dengan cara yang berbeda. Mengikuti platform yang digunakan yang sesuai dengan gaya milenial. Meski temanya “berat”, anak-anak muda tetap bisa mengikuti.
Baca juga: Imbangi Banjir Dakwah Kelompok Intoleran di Medsos
Ienas menuturkan, dalam sekali siaran, viewer-nya bisa mencapai ribuan. Namun, yang stand by biasanya di angka 400. Setelah diunggah ke YouTube, jumlah yang menonton bisa belasan ribu.
Dari Ngaji Ihya secara online, Gus Ulil sempat menggelar pengajian secara langsung yang disebut Kopdar. Ada beberapa kota yang disinggahi. Sebenarnya tanpa ekspektasi apa pun saat melakukan Kopdar. Namun, di luar dugaan, jamaahnya membeludak. Engagement yang terbangun di medsos cukup memberikan pengaruh. Namun, lantaran pandemi, sejumlah agenda Kopdar dibatalkan.
Saksikan video menarik berikut ini:
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!