Presiden Perintahkan Relokasi Korban Banjir di Lembata dan Adonara

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Presiden Joko Widodo menyatakan akan merelokasi permukiman yang terdampak bencana akibat siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu ditegaskan presiden saat mengunjungi Lembata dan Adonara, NTT, kemarin (9/4).

Warga di Lembata maupun Adonara, kata presiden, akan disiapkan tempat baru. Namun, itu menunggu izin dari masyarakat dan ketersediaan lahan dari pemerintah daerah. ”Yang jelas, (kementerian) PUPR siap membangun secepatnya,” ucap mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Dalam kunjungannya ke Desa Amakaka, Lembata, Jokowi meminta para pengungsi mendapat perhatian. Terutama terkait dengan logistik. Selain itu, di pengungsian mereka tetap harus menerapkan protokol kesehatan. ”Harus tetap memakai masker agar Covid-19 tidak menyebar.”

Sementara itu, hingga kemarin (9/4) korban tewas siklon Seroja di NTT sebanyak 165 orang dan 45 korban masih hilang. Jumlah pengungsi mencapai 17 ribu jiwa. Total 14.034 rumah rusak. Presiden berharap korban hilang bisa segera ditemukan. ”Kalau dilihat di lapangan, memang keadaannya bebatuan dan menyulitkan alat berat,” kata Jokowi.

Ketua Satgas Penanganan Bencana Kementerian PUPR Widiarto mengatakan, Kementerian PUPR akan terus melakukan koordinasi dengan intansi terkait untuk mematangkan data permukiman warga terdampak. Di antaranya, dengan Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), pemerintah daerah, dan Kementerian ATR/BPN.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono telah memerintahkan untuk mendata rumah-rumah karena beberapa di antaranya terlihat harus direlokasi total. ”Rumah-rumah nanti kami bantu dengan RISHA (rumah instan sederhana sehat). Kami sudah ada knock down RISHA,” ujar Widiarto.

Dia menambahkan, Kementerian PUPR juga terus melakukan penanganan tanggap darurat di Kabupaten Lembata dengan mengerahkan alat berat. Pihaknya berupaya membantu proses evakuasi, membersihkan puing-puing, dan membuka jalur terdampak longsor.

Secara umum, penanganan tanggap darurat bencana dilakukan Kementerian PUPR dengan inventarisasi kerusakan, pemasangan tanda bahaya pada lokasi longsor di badan jalan, pembersihan lumpur di badan jalan nasional di Pulau Lembata, dan dukungan sarana-prasarana dasar.

Sementara itu, peneliti meteorologi dan klimatologi BPPT Prof Edvin Aldrian mengungkapkan, siklon tropis Seroja di NTT adalah bukti dampak perubahan iklim.

Sebab, itu terjadi di area yang tidak semestinya. Menurut dia, siklon tropis seharusnya terjadi di daerah di atas 10 derajat lintang utara dan 10 derajat lintang selatan. Sementara itu, NTT tidak berada di titik tersebut. ”NTT terletak di garis 8 derajat lintang selatan,” ujarnya.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!