[ad_1]
JawaPos.com – Sempat lama tak terdengar, vaksin Nusantara disebut-sebut justru dilirik oleh Turki. Vaksin dengan metode dendritik besutan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto itu dikabarkan akan diekspor ke Turki.
Hal itu diungkapkan oleh Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Prof. Dr. C. A. Nidom, drh., MS. Ia yakin meski kini masih ada keraguan, suatu saat ketika vaksim Nusantara diekspor pastinya akan melalui jalur resmi.
“Apakah pihak-pihak lain yang meragukan itu, apakah meragukan Turki untuk mengimpor vaksin Nusantara untuk diungkap ke publik. Sampai-sampai Dubes Indonesia di Turki merespons. Jika saja sampai terjadi proses ekspor impor resmi, pasti melalui jalur-jalur resmi,” katanya kepada JawaPos.com, Jumat (27/8).
“Bahwa saat itu, memang saya dengar dalam pertemuan di Jakarta, yaitu adanya beberapa negara yang tertarik terhadap teknologi vaksin Nusantara yang saya dengar Turki,” ungkapnya.
Prof Nidom sendiri punya pendapat soal Turki. Salah satunya negara itu mayoritas penduduknya Muslim sehingga jika bisa menjadi pusat vaksin Nusantara sangat menguntungkan.
“Alasannya, bahan vaksin Nusantara semuanya berasal dari bahan yang betul-betul halal, dan tidak ada sedikitpun yang meragukan (subhad),” katanya.
Kedua, lanjutnya, hubungan Turki dekat dengan negara-negara Islam, sehingga memudahkan untuk memasarkan teknologi vaksin Nusantara ke negara-negara OKI tersebut. Lalu, kata Prof Nidom, vaksin Nusantara tidak menimbulkan inflamasi yang menyebabkan timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) baik yang ringan maupun yang berat. Ini sangat cocok dengan kondisi orang tua.
“Terakhir, Turki bagian dari Eropa dan di sana penduduknya sebagian besar orang-orang tua, sehingga sangat cocok untuk pemasaran teknologi vaksinasi Nusantara ke Eropa,” jelasnya.
Menurut Prof Nidom, ia memang tidak dapat memastikan apakah dalam pembicaraan tersebut sudah terjadi pemesanan atau belum. Sebab hingga saat ini vaksin nusantara belum mendapatkan pengakuan dari pemerintah.
“Apakah ekspor tersebut dalam kerangka G to G atau B to B. Kira-kira itu tentang masalah bincang-bincang saya dengan Bu Siti Fadilah,” jelasnya.
Sementara itu, dikonfirmasi oleh JawaPos.com pada Jumat (27/8) malam, Duta Besar RI di Ankara, Lalu Muhamad Iqbal, membantah kabar bahwa pemerintah Turki membeli 5 juta dosis vaksin Nusantara. Menurutnya tak ada informasi soal itu.
“Tidak ada. Kalau pemerintah Turki yang mau beli, pasti saya orang Indonesia pertama yang dikasih tahu,” ujar Dubes Iqbal.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!