Saya Hanya Sedih, ketika Papa Berpulang, Tidak Ada Yang Menemani

oleh

[ad_1]

Koes Hendratmo dikenal serbabisa: penyanyi bersuara khas, presenter elegan, sekaligus seorang aktor. Tantowi Yahya mengaku belajar banyak tentang cara mencairkan suasana, intonasi suara, dan pemilihan kata dari seniornya tersebut.

SHAFA NADIA, Jakarta

SEHARUSNYA kemarin (7/9) Koes Hendratmo menjalani uji usap di rumah sakit. Untuk memastikan lagi bahwa virus korona jenis baru telah benar-benar lenyap dari tubuhnya.

”Karena rencananya minggu depan atau dua minggu mendatang saya bisa jenguk beliau,” kata Bonita, putrinya, yang kini tinggal di Salatiga, Jawa Tengah.

Namun, nasib berkata lain. Kemarin presenter, penyanyi, sekaligus aktor itu mengembuskan napas terakhir di kediamannya di kawasan Joglo, Jakarta Barat.

Bonita terpukul sekali, terutama karena tak bisa menemani sang ayah di detik-detik terakhir. Dia juga tak pernah lagi bertemu dengan sang ayah, bahkan untuk kali terakhir.

”Saya hanya sedih, ketika beliau berpulang, tidak ada yang menemani. Mungkin itu yang paling,” ujar adik musisi Anda Perdana itu sembari menahan tangis saat ditemui seusai pemakaman.

Koes dimakamkan kemarin sekitar pukul 18.00 di tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Karet Bivak, Jakarta. Isak tangis keluarga mengiringi pemakaman. Putri bungsunya, Candisa, berjalan menuju liang lahad sembari memeluk foto mendiang sang ayah.

Sebelum dimakamkan, jenazah Koes sempat dilarikan ke Rumah Sakit Sari Asih, Ciledug, oleh pihak keluarga untuk memastikan kondisinya. Koes disebut memiliki riwayat penyakit jantung dan paru-paru. Kondisinya pun semakin parah sejak dinyatakan positif Covid-19.

”Komorbid asmanya yang paling parah. Di paru-parunya sebelah kiri bawah dekat ulu hati itu ada cairan,” jelas Bonita tentang sang ayah yang dikenal luas sebagai pembawa acara kuis yang sangat populer, Berpacu dalam Melodi.

Kendati demikian, dia tak menampik bahwa kesehatan mental sang ayah menurun sejak istri tercintanya, Aprilia Puspitawati, meninggal pada Mei lalu. ”Saya rasa itu juga sangat memukul hatinya,” ujarnya dengan suara lirih.

Sejak saat itu, Koes memang tinggal sendiri di rumahnya di Jakarta. Sehari-hari, Koes hanya ditemani asisten rumah tangga dan keponakannya yang sesekali datang.

Nama Koes mulai melejit setelah menjadi presenter acara Berpacu dalam Melodi pada 1988. Berkat kelihaiannya memandu acara, dia menerima banyak tawaran menjadi host.

Namun, jauh sebelum itu, Koes terjun sebagai penyanyi pada era 60-an. Pada tahun yang sama, dia merilis diskografi pertamanya berjudul Lambaian Bunga. Kemudian, dia melahirkan tiga karya lainnya dalam jarak waktu cukup panjang. Album Wanita Wanita pada 1970, Pop Batak Legendaris (2000), dan terakhir My Love for You (2011). Bukan hanya itu, Koes juga sibuk dalam organisasi Prisindo (Performers’ Rights Society of Indonesia) yang berfokus memperjuangkan hak royalti para penyanyi dan musisi tanah air.

Suhairi, ketua RT di kediaman Koes, menjelaskan bahwa kemarin pukul 09.00 salah seorang pegawai Koes datang guna menengok kondisinya. Namun, setelah ditunggu selama satu jam, Koes tidak juga menyahut. Pagar rumahnya pun masih digembok. Seolah tak ada tanda-tanda kehidupan. Pegawai yang enggan namanya disebutkan itu langsung meminta bantuan keamanan kompleks Koes tinggal dan babinsa yang berada di pos.

”Tapi, lampunya masih nyala. Karyawannya nggak berani karena takut kenapa-napa. Akhirnya, dia telepon keponakannya,” jelas Suhairi.

Menurut dia, mereka berhasil masuk rumah Koes dengan memanjat pagar dan mendobrak pintu rumah. Benar saja, Koes ditemukan tengah terbaring di kasurnya dalam kondisi yang tak lagi bernapas. ”Kondisinya udah terbujur kaku. Digotong ke mobil pas mau dibawa ke rumah sakit dengan dibantu orang,” ungkap Suhairi.

Atas nama keluarga, Bonita memohon maaf kepada semua orang atas segala kesalahan yang pernah dibuat sang ayah. Baik itu disengaja maupun tidak. ”Saya minta tolong diberi privasi untuk kami sekeluarga. Saya rasa cerita ini sudah cukup untuk disampaikan. Nggak ada lagi drama-drama,” tutur Bonita, putri Koes dari istri pertamanya, Herdawati Bakrie.

Di pemakaman kemarin Herdawati Bakrie ikut hadir. Tak banyak yang dia sampaikan. Dia hanya menyebut bahwa dirinya telah memaafkan segala kesalahan mantan suaminya yang pernah membintangi film Magelang Kembali tersebut. ”Jadi, sudah selesai semuanya. Sudah dimaafkan lahir batin,” katanya.

Koes sosok serbabisa. Suaranya sangat khas. Keeleganannya saat membawakan acara juga dicarikan padanan. Kuis Berpacu dalam Melodi sudah beberapa kali di-remake. Namun, image Koes dengan tagline ”Berpacuuu dalam Melodi” masih sangat kuat melekat.

Dihubungi melalui sambungan telepon, presenter, politikus, sekaligus musikus dan duta besar Tantowi Yahya menyebut sahabatnya tersebut lebih dari seorang senior. Dari Koes, dia bisa menjadi pembawa acara yang andal. Sebab, Tantowi belajar banyak dari Koes saat awal meniti karier di dunia presenter. Entah itu cara mencairkan suasana, intonasi suara Koes yang khas, ataupun pemilihan kata saat berada di hadapan publik.

”Sampai akhirnya, saya menemukan style sendiri. Itu menggambarkan bahwa begitu besar pengaruh Mas Koes kepada saya. Senyum mautnya juga menjadi sumber inspirasi saya,” ungkap kakak kandung Helmy Yahya tersebut.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.