Sebulan Terakhir, 417 Pasien Covid-19 Isoman Meninggal Dunia di Jogja

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Angka mortalitas pasien Covid-19 di Jogjakarta yang menjalani isolasi mandiri (isoman) mengalami lonjakan drastis. Data yang dihimpun Tim respone Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) DIJ mencatat 417 pasien isoman meninggal dunia di rumah. Data ini merupakan akumulasi dari 20 Juni hingga 21 Juli 2021.

Wakil Komandan TRC BPBD DIJ Indrayanto menuturkan, pasien isoman berdasarkan hasil rapid antigen dan swab Polymerase Chain Reaction (PCR). Memilih isoman di rumah karena rata-rata bergejala ringan hingga sedang. Adapula yang menunggu hasil tracing kontak erat.

“Kalau berdasarkan data 20 Juni sampai 21 Juli ada sekitar 400-an pasien isoman yang meninggal dunia di rumah. Data ini didapatkan baik dengan antigen maupun PCR saat sebelum atau sesudah pasien meninggal dunia,” jelasnya seperti dikutip Radar Jogja di Posko TRC BPBD DIJ, Jumat (23/7).

Dari data tersebut lonjakan tertinggi terjadi dalam sepekan terakhir. Tercatat ada 215 pasien isoman meninggal dunia dari 14 Juli hingga 21 Juli 2021. Angka tertinggi terjadi Selasa (20/7) dan Rabu (21/7) dengan catatan masing-masing 36 pasien isoman meninggal dunia per harinya.

Secara total angka kematian pasien Covid-19 pada medio bulan ini mencapai 2.126 jiwa. Detailnya 1.626 pasien meninggal dunia di rumah sakit. Sementara untuk pasien yang meninggal dunia saat isoman mencapai 417 pasien. Sebagai perbandingan bulan sebelumnya mencapai 525 jiwa meninggal dunia.

“Ya rata-rata sudah satu pekan ini di atas 100 lah. Itu yang terdata laporan. Ada juga yang tidak lapor tapi langsung rukti sendiri. Dilaporkan ke Pak Lurah tapi mentok di Pak Lurah tidak naik lagi sampai ke kami,” katanya.

Pria yang juga menjabat Supervisor Pusdalops BPBD DIJ menduga ada celah selama pasien Covid-19 menjalani isoman. Rata-rata kondisi awal pasien Covid-19 isoman bergejala ringan dan sedang. Namun mengalami perburukan kondisi kesehatan dengan cepat.

Saat kondisi kesehatan pasien memburuk, lanjutnya, tidak terfasilitasi layanan kesehatan dengan baik. Penyebab rata-rata karena kapasitas layanan kesehatan tidak mencukupi. Temuan selanjutnya, kasus-kasus isoman ini juga karena hasil tracing yang terlewatkan.

“Jadi pasien ini sudah diambil sampelnya dan menunggu hasil dengan isoman. Tapi saat menunggu hasil itu sudah meninggal. Adapula yang menunggu jadwal swab tapi meninggal. Lalu diswab dan hasilnya positif,” ujarnya.

Pihaknya sempat memberikan rekomendasi kepada Satgas Penanganan Covid-19 Pemprov DIJ. Berupa peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Seperti operasional selama 24 jam hingga layanan home care.

Pasien isoman juga harus mendapatkan interensi obat. Terutama untuk meredakan gejala selama terpapar Covid-19. Terlebih jika pasien tersebut memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid. “Dipantau day per day, kalau perlu bisa ditambah homecare. Lalu puskesmas untuk emergencynya 24 jam seperti Puskesmas Godean II,” katanya.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *