[ad_1]
JawaPos.com–Satu tahun sudah Rumah Sakit Darurat Lapangan Indrapura berdiri. Pada 2 Juni 2020, RSLI didirikan untuk membantu rumah sakit menangani pasien Covid-19. Setahun berdiri, total 7 ribu lebih pasien yang ditangani dari seluruh Jawa Timur.
Penanggung Jawab RSLI Laksamana Pertama I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara menjelaskan, selama setahun berdiri, pihaknya terus melakukan modifikasi untuk pelayanan pasien. Bila sebelumnya pasien dirawat selama 1 hingga 2 bulan, kini pengelola RSLI sudah menemukan cara supaya pasien cukup dirawat selama 10 hari.
”Kami banyak lakukan modifikasi. Teman spesialis diskusi bikin policy (aturan). Akhirnya bisa menentukan sikap. Pasien non PMI (pekerja migran Indonesia) bisa pulang hari ke-10 sesuai peraturan Kemenkes,” jelas Nalendra ketika ditemui pada Rabu (2/6).
Nalendra mengaku, pernah mendapat hujatan. Sebab, mereka sempat tidak melakukan PCR swab kepada pasien.
”Kami pelajari sifat virus kek gimana. Ternyata hari ke-10 dan 14 dirawat, pirulensinya (kekuatan virus) bisa lemah. Ini (Covid-19) bisa disembuhkan. Era sekarang kita nggak takut (Covid-19) lagi. Ini keberhasilan kita. Maaf. Ternyata outcome dari varian yang ditakutkan nggak ada. Ini hadiah setahun RSLI berdiri,” tutur Nalendra.
Dia menyatakan sudah mengantisipasi masuknya varian baru dengan mengirimkan sampel dari PMI ke Balitbangkes dan laboratorium di Universitas Airlangga Surabaya. Pihaknya berharap warga Indonesia dapat hidup berdampingan dengan virus. Artinya, makin aware dan waspada dengan kesehatan.
”Kami nggak berharap herd immunity. Soalnya vaksin baru berapa persen? Kunci transmisi penyebaran adalah memutus rantai dengan prokes, imunitas, olahraga, makan, dan istirahat sesuai waktunya,” ucap Nalendra.
Menurut Nalendra, RSLI akan selalu mencari sistem untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. ”Kami buat sistem bagaimana yang penting anggota aman. Mereka bisa bekerja. Karena tenaga dan pengabdian luar biasa. Kalau nggak dieman (dirawat), dapat dari mana nanti. Alhamdulillah semua bisa,” papar Nalendra.
Ditanya soal peningkatan pasien Covid-19 di Jawa Timur, Nalendra mengaku memang banyak. Hanya saja, dia tidak berani memaparkan jumlahnya. ”Saya nggak berani (bicara soal Madiun). Saya ngomong by data. Coba tanya ke teman-teman RS di Madiun. Jadi tahu kondisi Madiun, Magetan. Karena tahu benar. Kita antisipasi sendiri,” jelas Nalendra.
Saat ini RSLI memiliki kapasitas 400 tempat tidur untuk pasien. Dia menegaskan, RSLI tidak akan menolak pasien. Ketersediaan kamar atau bed occupancy rate masih normal sesuai standar World Health Organization (WHO).
”BOR masih normal. Saat ini ada 108 pasien. PMI ada 60, warga lokal ada 48,” terang Nalendra.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!