[ad_1]
JawaPos.com – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengatakan, perputaran roda perekonomian sangat ditentukan oleh kondisi penularan Covid-19. Sehingga, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, kebijakan PPKM Darurat harus efektif yang diiringi dengan percepatan vaksinasi nasional.
Menurutnya, terdapat risiko pandemi Covid-19 yang masih tinggi. Sebab, adanya varian Covid-19 atau varian delta memaksa pemerintah untuk membuat skenario PPKM Darurat hingga 4 sampai dengan 6 minggu. Hal itu dilakukan guna menahan penyebaran kasus Covid-19.
“Mobilitas masyarakat diharapkan menurun kasus signifikan,” kata Sri Mulyani dalam paparannya saat rapat Banggar DPR, Senin (12/7).
Dengan demikian, dibutuhkan penguatan APBN untuk merespon dampak negatif dari peningkatan kasus Covid-19 terhadap perekonomian. Selain itu, juga diperlukan akselerasi vaksinasi, efektivitas PPKM Darurat, dan kesiapan sistem kesehatan, baik itu fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan.
Sri Mulyani pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III tahun ini juga akan ikut melambat menjadi 4 persen sampai 5,4 persen dan akhir tahun perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh 4,6 persen – 5,9 persen. Sehingga secara keseluruhan tahun diperkirakan hanya akan mencapai 3,7 persen sampai 4,5 persen.
Kendati begitu, proyeksi laju ekonomi sampai akhir tahun tidak berubah dari proyeksi terakhir yang disampaikan ke publik, yaitu 3,7 persen sampai 4,5 persen. Ramalan ini masih mempertimbangkan ekonomi Indonesia yang dia perkirakan tumbuh di kisaran 7,1 persen hingga 7,5 persen pada kuartal II tahun ini.
Kemudian, untuk inflasi pihaknya memperkirakan hingga akhir tahun akan berada di kisaran 1,8 persen sampai 2,5 persen. Sementara realisasi inflasi sampai semester I 2021 sebesar 1,33 persen.
“Inflasi diharapkan meningkat bertahap di semester II sejalan ekspektasi membaiknya permintaan pasca PPKM Darurat dan akselerasi vaksinasi,” imbuhnya.
Baca juga: Berharap PPKM Darurat Tak Diperpanjang Agar IKK Juli Kembali Meningkat
Selanjutnya, nilai tukar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp 14.200 sampai Rp 14.800 per dolar AS pada akhir tahun. Kemudian, tingkat bunga SBN 10 tahun di kisaran 6,34 persen sampai 7,24 persen. Nilai tukar di akhir semester pertama cenderung melemah di tengah lonjakan kasus covid domestik dan respon market terhadap rencana normalisasi kebijakan moneter (bank sentral) AS dan berpotensi berlanjut pada semester kedua.
Sementara, harga minyak mentah Indonesia (ICP) di kisaran USD 55-65 per barel. Sedangkan lifting minyak 680 ribu sampai 705 ribu barel per hari dan lifting gas 987 ribu hingga 1,007 juta setara barel per hari.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!