[ad_1] Melekat erat, impian kita yang tiada pernah satu Kau yang menggaungkan kebebasan Sementara aku di masa lalu, bergeliat memperebutkan ketenangan Aku ingin tahu mengapa kita tidak bekerja sama sedari

[ad_1] Sabtu pagi, Ku soroti arloji Janji temu di persimpangan Tak sabar dinanti Aku ketuk pintu kayunya Tak bersuara Aku ketuk lagi pintu kayunya Lalu, dia keluar Dan tersenyum padaku

[ad_1] Dalam kata aku bermain Jika tersampaikan, Bagaikan bunga merekah Jika tak sampai, Bak daun di musim gugur Permainanku tak asyik, Bagi mereka yang buta dengan anganku Permainanku tak berguna,

[ad_1] Dua pasang mata Yang pendarkan asa Mengawali pertemuan kita Memintas titian rasa Tetap berbekas Memori jumpa pertama Simpulan senyum lepas Dari ia yang binarkan permata Dan tatkala rembulan mulai

[ad_1] Nyatanya setiap netra bertakhta Pada Sang Baginda yang memanja mata Aku tak bisa apa-apa Selain terengah-engah Sebab jantung yang berdegup kencangnya Aku telah mengadu Kepada Sang Pemilik Rasa Bahwa

[ad_1] Aku akan berjanji ‘tuk terakhir kali Bukan pada siapa pun adanya Tapi pada diriku seorang saja Melakukan apa pun yang dimau diri Sekarang waktunya menutup telinga Sambil berlari menerjang

[ad_1] Siapa yang tidak terpukau oleh senyum manisnya Meski hanya muncul di sepertiga malam Jantungku berdetak kencang Kalahkan bendungan cinta Mungkin, saat ini aku tak bisa memeluknya Pasalnya, dulu ragaku