Terpapar Covid-19, Sastrawan Budi Darma Berpulang

oleh

[ad_1]

JawaPos.com–Sastrawan dan akademisi Budi Darma berpulang pada Sabtu (21/8). Sosok penulis yang berperan dalam dunia sastra Indonesia itu berpulang setelah menjalani perawatan karena Covid-19 selama 20 hari.

Hananto Widodo, putra bungsu Budi mengatakan, bapaknya berpulang pada pukul 06.00. Budi dirawat di RSI Ahmad Yani.

”Bapak (Budi) berpulang karena Covid-19. Masuk ke RSI Ahmad Yani pada 20 Juli,” tutur Hananto di kediamannya pada Sabtu (21/8) siang.

Sebelumnya, lanjut Hananto, pada 23–29 Mei 2021, Budi sempat dirawat di RS Darmo. Pria kelahiran Rembang, 25 April 1937, itu dirawat karena pneumonia atau infeksi paru-paru.

”Bisa jadi darah liver naik. Bisa jadi Covid-19 akibat dari pneumonia itu. Untungnya Bapak sudah vaksin pada Maret,” terang Hananto.

Setelah itu, pada 29 Mei pulang tidak ada apa-apa. Kemudian awal Budi Darma terpapar Covid-19 adalah ketika hari raya Idul Adha, 20 Juli.

”Ada petugas pengantar daging kurban yang datang ke rumah,” jelas Hananto yang juga dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Surabaya tersebut.

Hananto mengaku sempat melepas masker karena sedang di rumah. Petugas itu datang sekaligus untuk menanyakan alamat.

”Saya mendekat. Setelah itu badan saya nggak enak. Badan Bapak juga lemas dan nggak enak. Keesokan harinya Bapak jatuh di kamar mandi,” beber Hananto.

Dua hari Kemudian, pada 21 Juli, Budi yang dikenal sebagai penulis buku Orang-orang Bloomington itu menjalani swab. Lalu Hananto mengonfirmasi kepada sekretaris RT.

”Ternyata petugas daging kurban habis isoman (isolasi mandiri karena Covid-19). Saya minta petugas itu untuk di-tracing. Ternyata perangkat RT menolak karena sudah sembuh. Padahal harusnya tetap di-tracing karena saat membagikan (daging), baru selesai isoman,” tutur Hananto.

Kemudian, Budi Darma yang pernah menjabat sebagai rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu dirawat sejak 23 Juli.

”Saya nggak bisa mengurus Bapak karena saya sakit. Saya Positif Covid-19. Saya di RSI Jemursari. Bapak dan ibu di RSI Ahmad Yani. Kakak saya yang dapat informasi terus. Saturasi oksigen dan tensi. Karena memang itu yang bisa dilakukan perawat. Dokternya lihat di CCTV,” terang Hananto.

Kemudian Budi dinyatakan meninggal pada Sabtu (21/8) pagi. Karena berada di ruang perawatan isolasi Covid-19, kabar baru diterima pukul 08.00.

”Tadi pagi jam 05.50 kakak saya kirim WA bahwa kesadaran turun dan tensi drop. Jam 07.30 diminta perawat ke sana. Dokternya bilang jam 06.00 pagi bapak meninggal. Lalu telepon ke rumah,” beber Hananto.

Sosok ayah dari 3 anak dan 1 cucu itu dimakamkan di TPU Keputih pada Sabtu (20/8) siang. ”Bapak langsung dimakamkan tanpa menunggu lama. Prosesnya cepat,” ucap Hananto.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.