[ad_1]
JawaPos.com–Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengakui, kenaikan jumlah pasien Covid-19 di Surabaya meningkat hingga 50 persen. Otomatis, angka positivity rate atau besaran orang yang terinfeksi Covid-19 dalam sebuah populasi juga meningkat.
Per Senin (14/6), angka positivity rate Surabaya meningkat hingga 9 persen. Sebelumnya, positivity rate Surabaya hanya 5 persen.
”Positivity rate naik. Secara total rata-rata 8–10. Ini sebenarnya alarm. Meskipun totalnya secara keseluruhan kita tidak sampai zona merah. Tetapi ini alarm yang harus kita waspadai. Ini sudah warning,” kata Eri ketika ditemui di Balai Kota Surabaya pada Senin (14/6).
Bila positivity rate Surabaya di angka 9 persen, angka di penyekatan Jembatan Suramadu mencapai 23 persen. ”Mau tidak mau harus kita akui, hari ini (14/6) yang positif itu 170 lebih, padahal dulu sebelum Lebaran cuma 100. Berarti naiknya kan 50 persen secara total,” tegas Eri.
Dari catatannya, pasien dari warga Surabaya hanya sebesar 0,7 persen. Namun, dia meminta tidak ada perbedaan sikap antara Surabaya dan wilayah lain.
”Surabaya ini kan ibu kota provinsi. Otomatis dari wilayah lain juga bisa dirawat di Surabaya. Makanya harus dijaga bersama protokol kesehatannya,” ucap Eri.
Dari kenaikan itu dia meminta warga untuk bersama menjaga Surabaya supaya tidak lagi mengalami peningkatan. ”Ini ada kenaikan, dari yang awalnya landai jadi naik. Ini jangan dibiarkan harus turun lagi ke 5 persen kalau bisa di bawah 5 persen,” kata Eri.
Ditanya soal penemuan varian B16172 Covid-19 dari India, Eri menegaskan, pihaknya akan memasifkan swab test dan tracing. Tim Swab Hunter yang melakukan tes dan tracing sangat berpengaruh.
”Swab Hunter itu digerakkan karena ada varian dari India. kalau lengah, selesai. Nanti menyusahkan warga Surabaya. Nanti lemah. Warga harus kuat. Harus saling menjaga dan jaga prokes. Nanti usaha jaga jadi sia-sia,” ujar Eri.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, varian B 16172 Covid-19 dari India ditemukan di Surabaya. Varian itu menjadi penyebab lonjakan kasus di Kudus, Jawa Tengah.
”Pagi tadi (14/6) saya dapat info dari rektor Unair. Dari 24 genom sequencing, sudah keluar 3. Terkonfirmasi ada mutasi B 16172,” tutur Khofifah pada Senin (14/6).
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!