Wamenkes Beri Jakarta Nilai E Tangani Covid-19, Menkes Minta Maaf

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Pernyataan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono soal penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh seluruh provinsi di Indonesia menimbulkan polemik. Pasalnya, Dante menyebut bahwa DKI Jakarta mendapatkan nilai E dalam penanganan pandemi Covid-19.

“Berdasarkan atas rekomendasi kami, ada beberapa daerah yang masuk kategori D, dan masuk kategori E seperti DKI Jakarta tapi juga ada yang masuk di C, artinya pengendalian provinsinya masih baik,” kata Dante baru-baru ini.

Mendengar pernyataan wakilnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bergerak cepat. Ia tak mau hal ini menjadi bola liar dan menimbulkan persepsi yang tak enak di masyarakat. Salah satunya atas upaya kinerja para tenaga kesehatan di DKI Jakarta yang sudah susah payah dalam bekerja menangani pandemi Covid-19.

“Paling terkena dampaknya adalah kesimpangsiuran pada Pemda DKI Jakarta, dan juga seluruh aparat pemerintah dan nakes DKI Jakarta. Sebetulnya banyak hal-hal yang telah dilakukan dengan baik,” tegasnya secara daring, Jumat (28/5).

“Saya sampaikan permohonan maaf secara pribadi atas kesimpangsiuran berita, penilaian ini harusnya tak jadi penilaian kinerja. Tenaga kesehatan sudah melakukan hal-hal baik. Saya percaya, bila seluruh rakyat bisa bekerja sama, tak bekerja sendiri-sendiri, saling dukung, tak saling menyalahkan, bisa jadi bangsa yang kuat,” kata Menkes Budi.

Lalu mengapa angka itu bisa muncul? Menkes Budi menjelaskan hal itu muncul berdasarkan penilaian indikator risiko untuk data internal di Kemenkes dalam rangka mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 pasca libur Lebaran.

“Sebenarnya apa yang disampaikan, data-data dan angka adalah merupakan ide kantor risiko berdasarkan pedoman WHO yang terbaru, yang digunakan sebagai analisa internal di Kemenkes untuk melihat persiapan kita menghadapi kasus lonjakan usai libur Lebaran,” ungkap Menkes Budi.

“Terus terang saya juga baru diskusikan pedoman angka-2 ini 4 minggu lalu. Bagaimana penerapannya, simulasi di daerah, baik itu kabupaten dan kota. Indikator risiko ini sekali lagi saya tegaskan bulan indikator kinerja Pemda. Tapi itu indikator risiko Kemenkes secara internal, laju pandemi seperti apa dan bagaimana daerah merespons masing-masing,” kata Menkes Budi.

Menkes Budi menegaskan sebetulnya sudah banyak hal baik yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Salah satunya adalah jumlah testing yang paling tinggi dan cakupan vaksinasi lansia yang sudah di atas 60 persen.

“DKI Jakarta daerah yang testingnya paling tinggi. Testing sangat menentukan. Untuk mengatasi pandemi ini kita harus menerapkan protokol kesehatan 3T, fasilitas kesehatan, dan vaksinasi. Untuk urusan testing DKI Jakarta paling baik. Dalam vaksinasi ada 3 provinsi paling agresif, DKI Jakarta, Bali dan Jogjakarta,” katanya.

“Saya terima kasih pada DKI Jakarta kepada seluruh ibu kepala dinas, pimpinan semua dokter, puskesmas, dan semua RSUD di DKI Jakarta,” kata Menkes Budi.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.