WhatsApp dan Telegram Pegiat Antikorupsi Diretas, Pakar: Selidiki!

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan hingga sejumlah peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) mengalami peretasan nomor telepon. Novel pada Kamis (20/5) malam, mengaku nomor teleponnya diretas ke dalam akun Telegram.

Hal ini juga terjadi bersamaan dengan Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK, Sujanarko. Keduanya mengaku tidak menggunakan Telegram, tetapi tiba-tiba nama Novel dan Sujanarko muncul dalam akun Telegram.

Pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya menyampaikan, perlu penyelidikan mendalam terkait dugaan peretasan terhadap para pegiat antikorupsi. Karena itu, sebagai pengguna media sosial harus berhati-hati.

“Kalau dari release yang saya dapatkan klaimnya diretas atau disadap. Tapi saya tidak mau mendukung atau menentang sesuatu yang tidak saya lihat sendiri,” kata Alfons kepada JawaPos.com, Jumat (21/5).

Alfons menyebut, setiap pengguna aplikasi chat baik itu WhatsApp maupun Telegram harus berhati-hati. “Pengguna memang harus berhati-hati dan menerapkan pengamanan akun dengan baik,” ucap Alfons.

Alfons tidak mau menduga-duga adanya pihak yang bermain untuk sengaja menyadap atau meretas para pegiat antikorupsi. Karena itu, diperlukan penyelidikan mendalam untuk membenarkan dugaan tersebut.

“Dari kasus yang saya lihat aksi peretasan bisa terjadi karena pengamanan akun yang kurang optimal,” tegas Alfons.

Sebelumnya, Novel Baswedan mengakui nomor telepon miliknya diretas ke dalam akun Telegram. “Iya mas, saya (Novel Baswedan) dan Pak Sujanarko (Anggota ICW, Red),” kata Novel kepada JawaPos.com, Kamis (20/5) kemarin.

Sujanarko pun membenarkan hal tersebut. Padahal, pria yang karib disapa Koko ini tidak mempunyai akun Telegram. “Akun Telegram atas nama Sujanarko juga dibajak per jam 20.31 WIB. Ini bukan saya yang pegang. Saya nggak pakai Telegram,” ucap Koko.

Koko khawatir peretasan itu akan berdampak buruk kepada rekan-rekan lain yang tidak mengetahui kalau dirinya tidak menggunakan akun Telegram. Karena itu dia meminta agar tidak menghubungi dirinya melalui Telegram.

“Kasih tahu teman-teman lain ya, siapa tahu disalahgunakan,” imbau Koko.

Selain Novel dan Sujanarko, delapan peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) juga mengalami peretasan. ICW memang belakangan ini giat membela 75 pegawai KPK yang gagal menjadi ASN.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *