453 Pasien Covid-19 Meninggal Saat Isoman, Dokter Ungkap Penyebabnya

oleh
oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Saat pasien Covid-19 harus isolasi mandiri (isoman) di rumah, mereka tak boleh asal isoman sembarangan. Kondisinya tetap harus dipantau oleh fasilitas kesehatan seperti Puskesmas atau dokter. Jika tak dipantau, maka perburukan bisa saja terjadi.

Catatan LaporCovid-19, sedikitnya sudah ada 453 jiwa pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat isoman di rumah. Itu hanya data yang tercatat atau dilaporkan. Keadaan di lapangan bisa lebih banyak dari itu. Data itu pun baru tercatat di 12 provinsi.

Tim Lapor Warga LaporCovid-19 Yemiko menjelaskan beberapa pemicu meninggalnya pasien Covid-19 saat isoman. Paling utama, kata dia, perburukan terjadi karena pasien tak diawasi fasilitas kesehatan primer. Namun penuhnya rumah sakit juga menjadi faktor penyebab lainnya.

“Memang paling major adalah pemburukan keadaan, yang mana kejadian ini tidak direspons dan tidak dibantu oleh lingkungan dan faskes primer. Kedua, memang karena tidak dapat RS,” kata Yemiko kepada JawaPos.com, Senin (12/7).

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Ari Fahrial Syam menjelaskan pasien Covid-19 bisa mengalami perburukan saat minggu kedua isoman. Pasien mengalami peradangan paru, perburukan fungsi paru, saturasi turun. Lalu perlu suplementasi oksigen, lalu ventilator.

Menurut Ari, perburukan penyakit pasien Covid-19 juga bisa disebabkan karena pasien memiliki komorbid. Sehingga pasien memerlukan rawat inap.

“Karena ada komorbid yang harusnya perlu rawat inap,” jelasnya.

Lalu faktor lainnya disebabkan tatalaksana awal yang kurang tepat sehingga mendapat obat yang memperburuk keadaan. Belum lagi diperparah dengan kondisi stres dan kurang tidur.

“Pasien stres, daya tahan tubuh turun, tidak mau makan dan susah tidur,” jelasnya.

Ia menyarankan pasien Covid-19 harus lebih banyak tidur dan beristirahat. Salah satunya terutama setelah minum obat.

“Bisa saja setelah makan pagi, minum obat, jam 10 lalu tidur. Tidur 1 jam, siap-siap makan siang, satu jam tidur lagi nggak ada masalah. Lalu setelah salat Ashar yang muslim silakan ngaji atau lakukan kegiatan lain. Lalu malamnya misalnya berbincang dengan keluarga lewat video call, WA. Nah selesai salat Isya jam 9 sudah siap tidur terlelap,” katanya.

“Jam tidur penting. Jangan terjebak dengan kegiatan lain sehingga jam tidur kita terganggu,” ujarnya.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tentang Penulis: Redaksi

Pimprus
Website media INFOMURNI merupakan website resmi yang berbadan hukum, Berisikan berbagai informasi untuk publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.