[ad_1]
JawaPos.com – Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 segera digelar. KONI Jawa Timur (Jatim) bertekad mengulang capaian PON XVII 2008. Saat itu Jatim menjadi juara umum.
Awalnya, KONI Jatim cukup pede. Sebab, persiapan dan program untuk atlet sudah mumpuni. Tapi, kini target tersebut dirasa sulit. Itu disebabkan anggaran untuk KONI Jatim dikepras. Tercatat, tiga kali anggaran dipotong.
Semula, Pemprov Jatim menyiapkan dana Rp 425 miliar. Setelah dikaji, angkanya turun menjadi Rp 390 miliar. Jumlah itu masih dipotong lagi menjadi Rp 192 miliar.
Apesnya, itu belum cukup. Pemprov kembali memangkas anggaran hingga mencapai angka final sebesar Rp 169 miliar. Jumlah tersebut hanya sekitar 35 persen dari anggaran awal yang diproyeksikan.
Imbasnya tentu saja berdampak pada proses pemusatan latihan daerah (puslatda). Program-program yang sudah disusun menjadi berantakan. Sebab, beberapa program memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Cabang olahraga selam, misalnya. Mereka sudah merencanakan beberapa program latihan. Itu bisa saja gagal karena tidak ada aliran dana.
’’Tentu akan sangat mengganggu program latihan. Apalagi, persaingan sekarang tidak seperti empat tahun lalu (PON XIX 2016), sekarang lebih merata,’’ tegas pelatih selam Jatim M. Riyadh.
Padahal, selam jadi salah satu lumbung emas Jatim. Untuk PON XX 2021, selam ditarget menyumbang 14 emas. Masuk akal memang. Terlebih pada PON XIX 2016 atlet selam 50 bifins Guntur Pratama memecahkan rekor Asia dengan 19,30 detik. Mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Kim Guang-mung dari Korea Selatan, yakni 19,07 detik.
Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) Jatim juga demikian. Mereka ditarget mampu meraih delapan emas di PON XX 2021. Tapi, dengan dikeprasnya dana, target itu bisa saja meleset.
’’Selama ini kami selalu mencapai target yang dicanangkan. Tapi, kalau kondisinya seperti ini, tidak hanya PABBSI, semua cabor yang ditarget emas pasti akan teriak,’’ jelas pelatih angkat besi Jatim Jeffry Tagore.
Pemotongan anggaran juga berdampak pada FPTI Jatim. Pada Pra-PON 2019 lalu, panjat tebing mampu meraih 18 medali. Perinciannya, 10 emas, 2 perak, dan 6 perunggu. Diharapkan torehan itu mampu dipertahankan pada ajang PON XX 2021. Bagaimana setelah ada pemangkasan dana?
’’Yang jelas tetap semangat berjuang buat prestasi di PON Papua, walau dengan anggaran KONI yang dipotong terus sama pemprov,’’ ucap Danu Iswara, ketua umum FPTI Jatim.
Dari sisi atlet, mereka cukup terkejut dengan pemangkasan anggaran. Petenis andalan Jatim Aldila Sutjiadi malah baru tahu saat Jawa Pos melakukan konfirmasi kepadanya. ’’Yang pasti sedih ya,’’ katanya.
Peraih tiga emas di PON XIX 2016 itu yakin pengeprasan dana akan berimbas ke program latihan. Atlet tenis butuh lawan main. Padahal, di Asia tidak ada turnamen tenis yang berjalan. ’’Ada turnamen pun di Eropa atau Amerika. Biayanya pasti lebih mahal,’’ tambahnya.
Atlet senam Rozanah Gozana juga menyayangkan pemangkasan anggaran itu. Menurut dia, itu tidak sesuai dengan komitmen awal agar Jatim menjadi juara umum PON XX 2021.
’’Apa lupa target bersama itu merebut juara umum? Kalau begini, banyak program yang menunjang akan dipres seminim mungkin,’’ katanya.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!