[ad_1]
JawaPos.com – Perusahaan agrikultur di bidang budidaya ikan, eFishery membuat solusi bagi pelaku usaha penambak udang untuk mencegah wabah penyakit pada tambak udang. CEO dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah menyebut, budidaya udang kini menjadi salah satu peluang bisnis yang kian menjanjikan.
Namun, serangan wabah penyakit termasuk Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) dan Early Mortality Syndrome (EMS) telah menjadi hal menakutkan bagi petambak udang di seluruh dunia sejak lebih dari satu dekade lalu. Pihaknya membuat Disease Prevention System (DPS), yaitu layanan yang memberikan protokol pencegahan wabah penyakit pada tambak udang dan memberikan solusi pengaturan kualitas air yang efektif dan ramah lingkungan dengan berbasis teknologi.
Menurutnya, hal itu juga bertujuan untuk mendorong target pemerintah yang menargetkan Indonesia menjadi pengekspor udang terbesar nomor satu di dunia dan memastikan ekspor udang naik hingga 250 persen pada tahun 2024 mendatang.
“Untuk mencapai target tersebut, kapasitas produksi perlu ditingkatkan, salah satunya dengan mengatasi salah satu hambatan terbesar dalam budidaya udang, yaitu wabah penyakit,” ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (24/4).
Ia memaparkan, EMS yang menyebabkan kematian pada benih udang dapat disebabkan oleh bakteri dari marga Vibrio, sehingga dikenal dengan istilah Vibriosis. Keluarga bakteri Vibrio sendiri dapat ditemukan di hatchery seperti pada post larva benur, air bak benur dan induk, serta pakan alami. Sedangkan pada tambak, bakteri tersebut dapat ditemukan pada air tambak yang tercemar dan pada sedimen (lumpur).
Menurut Gibran, DPS ini menjadi solusi yang tepat untuk mencegah terjadinya berbagai wabah penyakit. Salah satu komponen dalam DPS adalah disinfektan ramah lingkungan yang telah terbukti dengan cepat membunuh bakteri dan menghilangkan berbagai patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada udang seperti yellow head virus, white spot syndrome virus (WSSV), dan Vibrio parahaemolyticus penyebab AHPND.
Gibran menambahkan, sebagai bagian dari layanan DPS, teknisi eFishery akan melakukan pengecekan atau assessment tahap awal dengan output berupa biosecurity scoring untuk menentukan tingkat kerentanan tambak terhadap serangan penyakit. Kemudian tim eFishery juga akan melakukan pengecekan dan analisis kualitas air tambak secara rutin serta memberikan laporan dan rekomendasi penanganan air.
“Selain itu, teknisi juga akan memberikan rekomendasi pemberian dosis disinfektan serta protokol dan konsultasi secara gratis apabila tambak terserang wabah, sehingga para petambak dapat berbudidaya dengan aman tanpa khawatir tambaknya terserang penyakit,” imbuhnya.
Hal tersebut telah dibuktikan oleh Bobby, penambak udang dari Kelompok Tani Blue Vaname. Ia menuturkan bahwa sempat terjadi pandemi kematian dini di tempat tambaknya beroperasi di Subang, Jawa Barat.
“Selain kematian dini, di tambak saya selalu terjadi blooming plankton ketika memasuki DOC di atas 50 dan terjadi kematian ngapas yang diduga disebabkan oleh Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) di DOC 70 sampai panen,” ujarnya.
Bobby mengaku, jika tambak terserang wabah hingga mengakibatkan gagal panen, kerugian yang harus kita tanggung dapat mencapai 25 persen dari total modal awal. Menurutnya, penggunaan DPS ini merupakan investasi yang baik, karena dengan harga yang cukup terjangkau penambak dapat terhindar dari serangan wabah penyakit sehingga merasa tenang dalam berbudidaya udang.
Selain terhindar dari wabah penyakit, ia juga merasakan langsung berbagai keuntungan dari produk DPS tersebut, diantaranya peningkatan rata-rata pendapatan hingga 111,27 persen per meter persegi, penurunan rata-rata FCR sebesar 0,23 persen, serta peningkatan rata-rata produktivitas sebesar 0,12 kg/m2.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!