[ad_1]
JawaPos.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Pandjaitan telah melakukan kunjungan kerja ke lokasi tanggul pengaman pantai (National Capital Integrated Coastal Development/NCICD) Muara Baru dan Kali Adem, Jakarta Utara. Kunjungan dilakukan dalam rangka penanggulangan banjir di wilayah pesisir ibu kota negara.
Menurutnya, terdapat beberapa isu di kedua lokasi ini, mulai dari isu infrastruktur, lingkungan, sampah, maupun kelestarian bakau yang memerlukan perhatian dan kolaborasi seluruh pihak. Peninjauan dilakukan karena berkaitan dengan penanganan muka air laut yang semakin meningkat dan permukaan tanah yang semakin menurun sehingga berdampak pada wilayah DKI Jakarta.
Sebelumnya, telah ditandatangani kesepakatan bersama pada tanggal 6 Agustus 2020 oleh Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta dan Direktur Jenderal SDA Kementerian PUPR. Salah satu isi kesepakatannya adalah objek dan lokasi tanggul pengaman pantai dan muara sungai.
Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono mengatakan, pihaknya akan membangun tanggul pengaman pantai NCICD sepanjang 11.080 kilometer. 255 meter diantaranya sudah selesai dan tersisa 10.825 kilometer lagi. Selain itu, masih ada 22.468 kilometer yang jadi proyek Provinsi DKI Jakarta.
“Sejauh ini, masih terdapat 7.074 km yang belum terbangun dan ditargetkan selesai pada tahun 2022-2026,” ujarnya dalam keterangannya, Jumat (17/9).
Basuki merinci, khusus untuk NCICD di Muara Baru dirancang untuk dibangun sepanjang 2.037 kilometer dan menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR. “Saat ini, masih ada banyak kendala yang dihadapi. Mulai dari penambatan kapal di konstruksi tanggul, permasalahan sampah, penurunan permukaan tanah, dan adanya tanah timbul,” tuturnya.
Sementara, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil menegaskan, pihaknya mengupayakan agar kawasan ini tidak menjadi wilayah kumuh. “Kita nggak boleh biarin satu kapal masuk, terus yang lain jadi ikutan masuk. Karena punya kapal di sini, mereka akan bikin rumah di sini,” ucapnya.
Selain itu, Luhut juga meninjau Kali Adem yang merupakan muara dari Banjir Kanal Barat. Lokasi tersebut dipenuhi oleh kapal nelayan dan pemukiman yang terus bertambah, sampah yang menyumbat, penimbunan kulit kerang di badan sungai, dan terjadinya pembobolan tanggul sebagai jalan menuju kapal.
Menurutnya, salah satu solusi alternatif adalah dengan merawat Taman Konservasi Suaka Margasatwa. Kawasan yang merupakan benteng alam ini, jika dirawat dengan baik, akan mampu menampung luapan Kali Angke, menahan rob, serta menstabilkan tanah dari ancaman penurunan permukaan tanah yang mencapai 7-10 cm per tahun. Taman konservasi ini sendiri memiliki luas 25,02 hektar.
“Meskipun dibandingkan dengan wilayah konservasi lainnya tergolong kecil, tetapi ini menjadi penting bagi Jakarta. Kalau tidak, ditakutkan akan muncul dampak bagi lingkungan sekitar, termasuk bagi anak cucu kita,” tuturnya.
Ia menyebut, kawasan ini memang sudah banyak pemukiman warga dan kapal-kapal, namun masyarakat juga sudah melakukan penanaman bakau di lahan seluas 10 hektar yang sebelumnya dijadikan timbunan sampah. Permasalahan sampah diharapkan dapat terus tertangani, terlebih Indonesia memiliki target penanganan sampah di laut sampai 70 persen pada tahun 2025, sebagaimana amanat dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.
“Ini supaya kawasan ini bisa segera rapi dan bersih,” pungkasnya.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!