[ad_1]
JawaPos.com – Pemerintah Indonesia menyelenggarakan KTT ASEAN Leaders Meeting (ALM) untuk membahas mengenai krisis yang terjadi di Myanmar. Salah satu tamu penting yang diundang untuk membicarakan krisis itu adalah Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing.
Pengamat politik internasional, Arya Sandhiyudha mengatakan diikutsertakannya Min Aung Hlaing dalam pembahasan tersebut untuk menghindari kesan bahwa Indonesia sebagai tuan hanya membela salah satu pihak saja.
“Memanggil Junta itu adalah semacam diplomatik khas Indonesia untuk menghindari kesan kita imparsial atau memihak secara blocking, seakan tidak mau berkomunikasi dengan salah satu pihak,” ujar Arya kepada JawaPos.com, Sabtu (24/4).
Padahal menurut Arya, posisi Indonesia adalah membela rakyat Myanmar dan meminta militer menghentikan kekerasan kepada warga Myanmar.
“Tapi sebenarnya dalam keinginan pemerintah Indonesia pasti ingin mendorong Junta untuk mematuhi beberapa pakem-pakem demokrasi melihat perkembangan yang sangat miris di beberapa bulan terakhir ini,” katanya.
Arya juga menuturkan, saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) pasti sangat disorot terkait apa langkah-langkah yang diambil Indonesia untuk menyelesaikan krisis yang ternjadi di Myamar ini.
“Jadi kita lihat langkah-langkah Indonesia, dan Indonesia harus bersikap menolong masyarakat Myanmar. Sehingga membendung strategi militer dari Junta,” ungkapnya.
Arya berujar ASEAN juga sedang dihadapi apakah keputusannya nanti mampu menghentikan konflik yang terjadi di Myanmar ini. Sebab keputusan ini sangatlah penting bagi krisis yang terjadi di negeri itu.
Baca Juga: Reformasi ASN, Naik Pangkat Tiap Dua Tahun dan Usia Pensiun Ditambah
Baca Juga: Sudah Disetujui 30 Negara, Sinovac Produksi 2 Miliar Vaksin Covid-19
“Setidaknya mengamankan bahwa mekanisme ALM penanganan krisis dan bisa membuat kondisi menjadi damai. Jadi harus ada upaya mengakhiri tanpa adanya kekerasan baru,” ungkapnya.
“Saat ini ASEAN seperti sedangn diuji, sekaligus untuk menegaskan dirinya apakah punya wibawa untuk mengajak setiap konflik untuk dikedepankan jalan damai,” tambahnya.
Sebelumya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi mengatakan pertemuan ini akan membahas mengenai krisis yang terjadi di Myanmar.
“Para pemimpin ASEAN termasuk Presiden Republik Indonesia telah menerima undangan dari Sultan Brunei Darussalam selaku Ketua ASEAN, untuk menghadiri ALM besok di Sekretariat ASEAN. Presiden menekankan bahwa ALM ini semata dilakukan atau diselenggarakan untuk kepentingan rakyat Myanmar,” ujar Retno.
Retno Marsudi menambahkan peretemuan ini menunjukkan kepedulian ASEAN terhadap situasi krisis yang terjadi di Myanmar. Juga sebagai upaya untuk membantu Myanmar keluar dari situasi yang ada saat ini.
“Komitmen para pemimpin untuk bertemu secara fisik merupakan refleksi kekhawatiran yang dalam ASEAN terhadap situasi yang terjadi di Myanmar dan tekad ASEAN untuk membantu Myanmar keluar dari krisis ini,” tuturnya.
Diketahui, nyaris tiga bulan kudeta militer, kekerasan di Myanmar belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Kudeta telah memicu gelombang protes besar-besaran.
Korban jiwa terus berjatuhan. Setidaknya sebanyak 739 orang dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar. Sementara sebanyak 3.370 orang ditahan.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!