[ad_1]
JawaPos.com – Industri makanan dan minuman (mamin) di Jawa Timur terus tumbuh. Berdasarkan data BPS, pada 2020 terdapat 191 ribu perusahaan yang bergerak di bidang industri kecil mamin. Nilai transaksi yang dihasilkan dari industri di Jatim mencapai Rp 115,73 triliun. Angka itu membuat mamin menjadi penting seperti industri tekstil dan alas kaki, kertas, sampai farmasi.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMI) Adhi Lukman mengatakan, industrinya masih punya banyak sisi yang perlu ditingkatkan supaya daya saingnya terjaga. Misalnya, soal standarisasi produk. Dia menegaskan pentingnya standarisasi supaya industri mamin makin kuat menembus pasar ekspor.
Dia optimistis hal itu bisa dipenuhi karena banyak industri mamin yang mulai sadar pentingnya memenuhi standar serta regulasi. Tidak hanya itu, dia juga menyinggung soal bahan baku yang diperlukan oleh industri mamin. Salah satunya, gula rafinasi yang beberapa waktu ini sempat dikabarkan langka.
Menurutnya, penting untuk menjaga pasokan bahan baku supaya produksi tetap bisa memenuhi kebutuhan pasar. Itulah kenapa, dia bilang kalau ada pelaku usaha yang kesulitas mendapatkan bahan baku seperti gula rafinasi, bisa segera koordinasi dengan dinas setempat.
“Produsen gula rafinasi terus mendapatkan pasokan bahan baku, izin mendatangkan bahan baku sudah terbagi dan tidak ada masalah. Dari sisi produksi dapat dikatakan aman dan bisa memenuhi kebutuhan pasar,” ujarnya focus group discussion yang digelar secara daring, Senin (12/7)
Senada, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Drajat Irawan membenarkan jika industri mamin tetap butuh perbaikan supaya daya jualnya makin tinggi. Misalnya, soal standarisasi. Dinas akan melakukan pendampingan supaya pelaku usaha mendapatkan sertifikasi yang dibutuhkan. Termasuk, soal pembiayaan.
“Dalam hal pembiayaan, kita ada Bank Jatim dan bank-bank BUMN yang mendukung. Juga ada Jamkrinda sebagai penjamin kredit,” ujarnya.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih menyebut kemasan juga perlu menjadi perhatian. Presiden Joko Widodo disebutnya pernah memberikan arahan soal itu. “Beliau (Presiden Jokowi) mengatakan, jangan sampai barang yang kualitas bahan bakunya bagus, tidak bisa masuk pasar karena packaging-nya atau kemasannya jelek,” ujarnya.
Gati optimistis produk yang dihasilkan industri mamin makin kuat di pasar lokal dan menembus pasar ekspor. Apalagi, komunikasi dengan asosiasi dan pelaku usaha cukup baik. Ketersediaan bahan baku bagi pelaku usaha mamin masih terjaga.
“Soal Permenperin 3/2021, itu sebenernya merupakan jaminan ketersediaan bagi bahan baku industri gula. Kami juga tidak keluarkan rekomendasi impor untuk industri mamin karena itu ranahnya di Kementerian Koperasi dan UKM,” tandasnya.
Pemerintah sendiri sangat berkepentingan dengan keberlangsungan industri mamin di Jatim. Apalagi produksinya sangat besar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Bila ada gangguan terhadap pasokan kebutuhan bahan baku, pemerintah pasti akan segera bergerak.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!