[ad_1]
Teheran, IDN Times – Pada hari Jumat (08/01) pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengumumkan apabila negaranya akan melarang impor vaksin asal Amerika Serikat dan Inggris. Bahkan ia mengatakan tidak percaya dengan vaksin yang berasal dari dua negara Barat tersebut mengingat tingginya tingkat mortalitas akibat COVID-19 di negara tersebut.
Ungkapan ini menyusul tensi antara Iran dan Amerika Serikat yang makin panas belakangan ini ditengarai adanya upaya Teheran untuk meningkatkan produksi uranium sampai 20 persen.
1. Larang datangkan vaksin asal AS dan Inggris
Melalui salah satu acara televisi lokal, Pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan jika negaranya tidak akan memperbolehkan impor vaksin COVID-19 asal Amerika Serikat dan Inggris. Ia mengatakan apabila tidak mempercayai vaksin dari dua negara Barat tersebut lantaran keduanya tidak mampu menangani permasalahan COVID-19 dengan baik.
Vaksin yang dimaksud oleh pemimpin Iran tersebut adalah vaksin produksi Pfizer-BioNTech asal AS-Jerman, Moderna buatan AS dan vaksin produksi AstraZeneca asal Inggris yang bekerja sama dengan Universitas Oxford, dilansir dari France24.
Mengutip dari Al Jazeera, Ali Khamenei juga menyebutkan, “Apabila mereka dapat membuat vaksin, untuk apa mereka memberikan pada kita. Seharusnya mereka mengonsumsinya sendiri agar tidak banyak penduduknya yang tewas akibat wabah COVID-19”
2. Presiden Iran tidak mau rakyatnya dijadikan alat percobaan vaksin COVID-19
Menanggapi pernyataan Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei, Presiden Iran Hassan Rouhani juga mengatakan pada hari Sabtu (09/01) apabila tidak akan ada vaksin dari luar negeri yang diuji cobakan kepada masyarakat Iran. Melaporkan dalam France24, presiden Iran itu juga mengatakan,
“Rakyat kami tidak akan menjadi alat uji coba perusahaan pemroduksi vaksin. Kami akan membeli vaksin asal luar negeri yang aman”
Melansir dari Arab News, peneliti Iran di Amnesty International mengatakan apabila larangan ini sesuai dengan kebijakan otoritas menghiraukan HAM, termasuk hak untuk hidup dan kesehatan.
Peneliti bernama Mansoureh Mills tersebut juga mengatakan, “Ini merupakan tindakan ceroboh dari Pemimpin Iran yang mempermainkan jutaan nyawa dengan menempatkan politik di atas kepentingan rakyat. Otoritas Iran harus menghentikan ketidakpeduliannya terhadap hak asasi internasional dengan tidak memberi akses hak perlindungan dari virus mematikan tersebut yang telah merenggut nyawa 55 ribu orang di Iran”
3. Iran produksi vaksin bernama Coviran
Sebelumnya seorang penyumbang asal AS bersedia memberikan sumbangan vaksin produksi Pfizer kepada Palang Merah Iran melalui pihak ketiga. Sementara jumlah vaksin yang hendak disumbangkan mencapai 150 ribu dosis, meski pada akhirnya batal karena adanya keputusan ini, dilansir dari Arab News.
Mengutip dari Bloomberg, Gubernur Bank Sentral Iran, Abdolnaser Hemmati mengatakan pada bulan Desember lalu jika Teheran sedang berdialog dengan Tiongkok untuk membeli satu juta dosis vaksin. Selain itu pejabat setempat juga tengah berdiskusi dengan Rusia untuk ikut memroduksi vaksin Sputnik V.
Di samping membeli vaksin dari Rusia dan Tingkok, Iran juga sedang memroduksi vaksin buatannya sendiri yang dinamai Coviran. Vaksin tersebut baru saja dilakukan uji coba pada manusia bulan lalu, dilaporkan dalam The Independent.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs idntimes.com, klik link disini!