[ad_1]
JawaPos.com – Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbang dan Perbukuan) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong sekolah untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui Asesmen Nasional (AN).
Kepala Balitbang dan Perbukuan, Anindito Aditomo menyampaikan bahwa AN ini lebih komprehensif karena tidak hanya mengukur hasil belajar kognitif peserta didik, yaitu literasi dan numerasi. Akan tetapi juga mengukur sisi sosial emosional atau karakter siswa, seperti kecenderungan untuk kreatif, bernalar kritis, akhlak terhadap sesama dan alam sekitar, empati, serta gotong royong.
“AN juga mengukur kualitas sekolah sebagai lingkungan belajar,” jelas dia dalam keterangannya, Jumat (30/5).
Ia menambahkan bahwa hal pertama yang harus dilakukan agar siswa memperoleh hasil yang maksimal dalam proses dan hasil belajarnya adalah dengan memperbaiki interaksi yang terjadi di ruang kelas dan di sekolah. Hal tersebut mencakup interaksi antar murid, interaksi antara murid dengan guru, dan interaksi antara murid dengan bahan ajar.
“Supaya pembelajaran murid bagus, maka gurunya juga harus terus belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Untuk itu, kepala sekolah dan pemimpin pendidikan lainnya, seperti pengawas dan dinas pendidikan harus mendukung upaya tersebut dengan memfasilitasi guru untuk melakukan pengembangan potensi secara terus menerus,” ujar Anindito.
Baca Juga: Ada Pelecehan, Hotman Laporkan Tim Asesmen TWK KPK ke Komnas Perempuan
Baca Juga: Joe Biden Tegaskan Dukungan ke Israel, Muslim AS Boikot Gedung Putih
Oleh karena itu, pemerintah melalui Kemendikbudristek memutuskan untuk meniadakan ujian nasional (UN) dan ujian sekolah berstandar nasional (USBN) yang dulu wajib diikuti oleh semua siswa kelas 6, 9, dan 12 untuk semua mata pelajaran.
AN ini tidak menguji siswa sama sekali, tetapi memotret kondisi sistem pendidikan dalam negeri, mulai dari level sekolah, daerah, dan nasional. Peserta didik tidak perlu merasa terbebani dengan melakukan persiapan khusus sebelum mengikuti AN.
Karena itu, untuk mendapat pemetaan yang objektif, siswa dipilih secara acak, mereka nantinya tinggal datang saja dan mengerjakan dengan apa adanya karena kita hanya ingin melakukan pemetaan untuk mendapatkan potret yang objektif.
“Kita juga fokus pada murid kelas 5, 8, dan 11 supaya tidak mengganggu anak-anak kita yang di akhir jenjang karena mereka bebannya sudah berat untuk menyiapkan kelulusan,” ungkapnya.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!