[ad_1]
JawaPos.com – Kebutuhan akan hunian mulai menggerakan masyarakat mencari rumah di tengah pandemi Covid-19. Survei Rumah.com melansir Consumer Sentiment Study yang memetakan minat pencari rumah di Indonesia kembali naik. Penundaan transaksi properti mengalami penurunan dari sebelumnya 52 persen pada semester II 2020 menjadi 41 persen pada semester I 2021.
Marine Novita, Country Manager Rumah.com menyatakan bahwa hasil Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 tersebut menjadi angin segar di tengah perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1-4 di seluruh wilayah Indonesia yang berdampak pada berbagai sektor industri termasuk properti.
“Meski pandemi masih berlangsung, namun masyarakat mulai sadar bahwa papan atau hunian adalah kebutuhan pokok yang harus dibeli jika secara finansial sudah memadai. Apalagi saat ini para pengembang juga sangat agresif menawarkan berbagai jenis hunian dan didukung berbagai kebijakan pemerintah yang memudahkan pembelian properti,” jelas Marine.
Pandemi yang telah berlangsung 1,5 tahun dan kebijakan pemerintah untuk membatasi mobilitas masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia termasuk social dan physical distancing telah mempengaruhi bagaimana pencari rumah mendapatkan informasi tentang hunian yang akan dibeli termasuk ketika ingin melihat secara langsung unit idaman mereka.
Ini terlihat dari Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 dimana 37 persen responden menyatakan kesulitan melihat lokasi unit tidak lagi dipandang sebagai halangan. Angka yang turun dari 48 persen responden dari semester sebelumnya ini menunjukkan adanya pameran properti secara virtual maupun teknologi yang memungkinkan melihat unit contoh hunian sehingga memudahkan pencari properti berburu hunian idaman meskipun di tengah kebijakan PPKM.
Sementara dalam hal tingkat suku bunga, menurut persepsi masyarakat makin dianggap sebagai hambatan, dimana 60 persen responden menganggap suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) saat ini berada pada level yang tinggi dan bahkan sangat tinggi. Angka ini naik tipis dari semester sebelumnya yang dinyatakan oleh 59 persen responden.
Masih tingginya tingkat suku bunga KPR juga mengakibatkan tingginya besaran angsuran KPR yang harus dibayar tiap bulan sehingga menjadi hambatan yang dihadapi ketika mengambil KPR. Oleh karena itu mayoritas masyarakat mengharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan dan tindakan terutama agar bisa menurunkan suku bunga KPR. Hal ini dinyatakan oleh 88 persen responden dan merupakan kenaikan dari 85 persen responden pada semester sebelumnya.
Menurut Marine, yang paling penting dari adanya kebijakan dan stimulus dari pemerintah tersebut adalah pelaksanaannya. Hal ini terlihat secara historis, langkah BI menurunkan suku bunga acuannya tidak langsung diikuti oleh kalangan perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR), sehingga walaupun suku bunga BI sudah turun namun industri properti tidak bisa segera langsung merasakan dampaknya.
Marine menjelaskan bahwa secara umum dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2021 dapat disimpulkan bahwa lebih sedikit masyarakat yang menyatakan penundaan dalam transaksi properti daripada sebelumnya. Selain itu masyarakat kini mempertimbangkan lebih sedikit faktor ketika mengambil pinjaman rumah namun faktor utama masih sama yaitu besaran angsuran, jangka waktu pinjaman dan tingkat suku bunga KPR.
“Adanya dukungan teknologi pada industri properti termasuk informasi seputar infrastruktur wilayah hunian, serta pameran properti virtual membuat calon pembeli properti bisa melakukan survei properti kapanpun dan dimanapun di tengah pandemi,” pungkas Marine.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!